Pendiri Kerajaan Sriwijaya: Sejarah, Letak, Raja-raja, Keruntuhan dan Peninggalan

Asal Usul dan Sejarah Singkat Kerajaan Sriwijaya

Kerajaan Sriwijaya Indonesia menjadi kerajaan penganut agama Budha di Asia Tenggara juga Asia Timur. Tidak heran Kerajaan yang bermukim di Indonesia ini dijadikan kiblat dari kerajaan Budha lainnya. Kerajaan yang menjadi pusat perlintasan perdagangan ini berada di dekat Sungai Musi, Palembang. Di zaman kerajaan, Kerajaan Sriwijaya didirikan pada Abad ke Tujuh masehi tepatnya pada tahun 670M.

Di mana saat itu kerajaan tersebut dikenal sebagai kerajaan maritim yang paling besar di Indonesia. Bahkan daerah kekuasaan dari Kerajaan Sriwijaya juga tidak main-main. Sriwijya berhasil menguasai dua laut yang menjadi pusat perdagangan. Di mana kedua bentang laut tersebut adalah selat malaka dan Selat Sunda.

Jadi mulanya Kerajaan Sriwijaya hanya didirikan di bagian Selatan Sumatera. Namun seiring waktu sayap mulai diperlebar hingga ke Daerah Jambi, dan Semenanjung Malaysia. Kerajaan Sriwijaya juga termasuk kerajaan yang modern. Di mana sejak berdirinya, mereka terus mengembangkan sarana dan prasarana yang dimiliki. Hal ini dibuktikan dengan adanya kapal-kapal canggih yang ada pada masa itu.

Dengan menciptakan kapal canggih, Kerajaan Sriwijaya berhasil menguasai perdagangan rempah. Bahkan kekuasaan tersebut tidak goyah hingga mencapai setengah abad. Bahkan Kerajaan Sriwijaya juga perah dijuluki sebagai kota dagang terbesar di Nusantara. Istilah tersebut hadir ketika ada pendeta Budha yang berasal dari China bertandang ke Indonesia.

Sejarah mengenai Kerajaan Sriwijaya ini dapat diketahui karena ditemukannya prasasti. Dalam prasasti tersebut menceritakan mengenai berdiri hingga masa berkembangnya Kerajaan Sriwijaya. Seperti peninggalan kerajaan pada umumnya, Prasasti Kerajaan Sriwijaya ditulis menggunakan huruf pallawa. Huruf Pallawa tersebut ditulis dengan Bahasa Melayu.

Letak Dan Pendiri Kerajaan Sriwijaya

Sebagai Kerajaan maritim terbesar di Indonesia, Kerajaan Sriwijaya terletak di Palembang, Sumatera Selatan. Kerajaan yang menjadi pusat perdagangan ini didirikan oleh Dapunta Hyang Sri Jayanasa. Di mana hal itu bermula dari perjalanan yang dilakukan oleh Dapunta Hyang. Perjalanan ini dinamakan sebagai perjalanan suci atau siddhayatra dengan perahu dengan membawa 2000 pasukan.

Bersama pasukan yang dibawanya itulah, Dapunta Hyang membangun sebuah kerajaan pada tahun 670. Pembangunan tersebut dimulai dari daerah Sumatera Selatan dan Jambi. Kemudian melebar hingga ke Semenanjung Malaysia.

Kehidupan Kerajaan Sriwijaya

1. Kehidupan Politik Kerajaan Sriwijaya

Kehidupan politik Kerajaan Sriwijaya dibuktikan oleh ditemukannya Prasasti Nalanda. Di mana untuk melebarkan sepak terjangnya, Kerajaan Sriwijaya menjalin kerjasama dengan dengan kerajaan di India.

Kerajaan Sriwijaya juga dapat dengan mudah menguasai daerah kepulauan lainnya seperti Bangka. Selain itu, kehidupan politik ini juga dapat dilihat dari sejarah raja yang selama ini memerintah.

2. Kehidupan Ekonomi Kerajaan Sriwijaya

Menduduki area perdagangan di Selat Malaka, Kerajaan Sriwijaya tentunya melakukan kegiatan perekonomian di bagian jalur tersebut. Tepatnya berada di Selat Sunda juga Tanah Genting, di mana kedua lokasi tersebut menjadi urat nadi perdagangan alias jalur utama. Bahkan untuk menunjang perekonomian kerajaan, mereka mulai membangun pelabuhan khusus baik itu antar pulau maupun antar kawasan.

Sehingga adanya pelabuhan tersebut membuat kapal beramai-ramai singgah di sana. Bahkan kapal asing sekalipun juga turut berlabuh di pelabuhan ibu Kota Kerajaan Sriwijaya. Kekayaan alam yang dimiliki oleh daerah kekuasaan Sriwijaya tidak tanggung-tanggung. Mereka berhasil meng eksport berbagai hasil bumi seperti kayu gaharu, rempah, kemenyan, dan kapur barus.

System ekonomi kerajaan pun juga berhasil ekspor barang mulai dari Arab sampai China. Selain hasil dari penjualan hasil bumi, ekonomi Kerajaan Sriwijaya pada masa itu juga didasarkan pada pajak bea cukai yang harus dibayar oleh kapal di pelabuhan.

3. Kehidupan Sosial Kerajaan Sriwijaya

Kehidupan sosial pada masa Kerajaan Sriwijaya tidak mengenal kasta seperti yang diyakini oleh agama Hindu. Sebagai penganut Budha dengan aliran Mahayana, baik anggota kerajaan maupun rakyat hidup berdampingan dengan harmonis. Selain dikenal sebagai pusat jalur perdagangan, Sriwijaya juga menjadi pusat pendidikan Agama Budha.

Sejarah semacam ini dituliskan dalam kitab sejarah yang ditulis I – Tsing. Di mana dalam catatan tersebut disebutkan bahwa terdapat seribu lebih pendeta Budha di kawasan Sriwijaya. Di wilayah tersebut masyarakat diajarkan semua hal mengenai agama Budha. Baik itu aturan-aturan maupun berbagai upacara adat.

4. Kehidupan Agama Kerajaan Sriwijaya

Dalam hal kehidupan agama, Kerajaan Sriwijaya banyak mengundang peziarah juga sarjana dari Negara Asia. Bahkan pendeta dari Tiongkok I Tsing juga menyebutkan bahwa Sriwijaya menjadi rumah bagi sarjana Budha. Di wilayah tersebut juga terkenal seorang pendeta yang menjadi guru bagi ribuan orang yang belajar agama Budha bernama Pendeta Sakyakirti.

Kerajaan Sriwijaya memiliki dua aliran agama yang berkembang pesat yaitu Budha Hinayana dan Budha Mahayana.

5. Kehidupan budaya Kerajaan Sriwijaya

Menjadi wilayah kerajaan yang memerintah dengan harmonis tanpa memedulikan sistem kasta. Kerajaan Sriwijaya menjadikan Bahasa Melayu sebagai alat komunikasi mereka. Bahkan para pedagang pun juga berkomunikasi dengan Bahasa Melayu. Itu sebabnya, pada masa itu, Bahasa Melayu mulai digunakan sebagai Bahasa percakapan sehari-hari. Apalagi teruntuk rakyat yang tinggal di pesisir pantai wilayah Nusantara.

Beberapa kebudayaan peninggalan Kerajaan Sriwijaya juga dapat dilihat dari Candi Muara Jambi dan Candi Muara Takus. Ini membuktikan bahwa kebudayaan pada masa itu sudah cukup maju. Apalagi dengan adanya arca Budha di Bukit Siguntang.

Editor terkait:

System dan Perkembangan Pemerintahan Kerajaan Sriwijaya

Seperti sistem pemerintahan kerajaan pada umumnya, Kerajaan Sriwijaya menggunakan system monarki. Di mana yang menjadi raja dipilih secara turun temurun atau keturunan dari mendiang raja sebelumnya.

Sebagai raja pertama Kerajaan Sriwijaya, Dapunta Hyang Sri Jayanasajuga sangat terkenal di masa pemerintahan. Pada masa pemerintahannya Kerajaan Sriwijaya berhasil menguasai wilayah perdagangan Internasional. Oleh sebab itu pada masanya Kerajaan Sriwijaya berhasil menjadi penguasa maritime Nusantara.

Selanjutnya pemerintahan dilanjutkan oleh Balaputra Dewa. Pada pemerintahan Balaputera inilah Kerajaan Sriwijaya mengalami masa kejayaan. Yang mulanya Sriwijaya menjadi Kerajaan maritim terbesar di Nusantara, maka meluas hingga ke Asia Tenggara.

Pasalnya Balaputera juga melebarkan sayapnya pada pelayaran dan perdagangan dengan bekerja sama mengajak kerajaan India untuk bekerja sama. Bahkan dalam peninggalan Kerajaan Sriwijaya berupa Prasasti Nalanda dijelaskan bahwa Balaputera juga menjalin kerjasama terkait bidang pendidikan.

Silsilah Raja Kerajaan Sriwijaya

1. Sri indrawarman

Setelah kepemimpinan Dapunta Hyang, kerajaan kemudian di pimpin oleh Sri Indrawarman. Di mana raja itulah yang kemudian membangun Kuil Ligor. Raja tersebut kemudian memiliki julukan Sri Maharaja Indra Warmada

2. Raja Rudrawikraman

Raja yang satu ini memerintah pada tahun 728. Di mana saat kepemimpinan beliaulah Kerajaan Sriwijaya mulai kembali melakukan ekspansi wilayah. Hal ini dilakukan agar jalur perdagangan juga semakin meluas.

3. Raja Dharmasetu

Pada tahun 790, Raja Dharmasetu menjadi pemimpin selanjutnya menggantikan Raja Rudrawirakman. Saat kepemimpinannya lah Kerajaan Sriwijaya mulai meluas. Selain itu pada saat inilah terjalin hubungan baik dengan Negeri China dan juga India.

Masa Kejayaan Kerajaan Sriwijaya

Puncak dari pamor yang dimiliki oleh Kerajaan Sriwijaya adalah saat kepemimpinan Balaputera Dewa. Di mana ia memimpin sekitar tahun 805 M. pasalnya pada masa ini Balaputera Dewa berhasil dalam bidang Ekonimi, Kebudayaan dan pendidikan.

Bahkan pada saat itu, Kerajaan Sriwijaya menjadi pusat pengajaran agama Budha. Dalam jalur perdagangan pun Kerajaan Sriwijaya juga berkembang pesat. Hal ini juga dikarenakan mereka memiliki jalur perdagangan yang aman.

Penyebab Kemunduran dan Keruntuhan Kerajaan Sriwijaya

Meski menjadi penguasa jalur perdagangan juga didapuk sebagai kerajaan maritim terbesar di Indonesia. Kerajaan Sriwijaya mulai kehilangan masa gemilangnya. Berdiri pada abad ke 7 masehi. Kerajaan Sriwijaya harus hilang ditelan masa pada abad ke 11. Masa kemunduran Kerajaan Sriwijaya terjadi sejak munculnya serangan yang dipicu oleh Kerajaan Chola pada tahun 1025. Di mana Kerajaan Chola sendiri merupakan kerajaan dari Selatan India.

Sejak serangan tersebut Kerajaan Sriwijaya mulai takluk terhadap Kerajaan Chola. Sehingga hal ini membuat kewibawaan Kerajaan Sriwijaya merosot jauh. Di mana disusul dengan mundurnya berbagai wilayah kecil lainnya dari Kerajaan Sriwijaya. Sebagai pusat perdagangan pada masa itu, sepinya kapal yang berlabuh di Ibu Kota juga menjadi akar yang membuat kekuasaan mengalami kemunduran.

Sepinya kapal yang berlabuh tersebut disebabkan kondisi alam berupa endapan lumpur di bagian sekitar ibu kota. Lumpur tersebut terus bermuara hingga membuat kapal dagang enggan berlabuh dan memilih menjauh dari laut. Sehingga pada saat itu Kerajaan Sriwijaya mulai luntur. Belum lagi munculnya kerajaan baru seperti Majapahit dan Singasari yang saat itu berada di Jawa. Sehingga ketenaran Kerajaan Sriwijaya mulai menurun dan tidak terdengar kembali.

Editor terkait:

Peninggalan Kerajaan Sriwijaya

1. Prasasti kedukan bukit

Sebagai salah satu prasasti paling terkenal dari peninggalan Kerajaan Sriwijaya, prasasti yang satu berhasil ditemukan di Kampung Kedukan Bukit, Palembang. Selain itu, tulisannya juga masih menggunakan bahasa Melayu. Sesuai dengan bahasa keseharian masyarakat Kerajaan Sriwijaya.

2. Prasasti talang Tuo

Prasasti tersebut berhasil ditemukan keberadaannya di tepian Utara Sungai Musi. Sama seperti prasasti Sriwijaya lainnya, Prasasti Talang Tuo juga menggunakan bahasa melayu. Kebiasaan orang jaman dulu yang menulis sejarah di atas prasasti memberikan keuntungan sendiri. Di mana terbukti awet dan tidak mudah hilang.

Pada prasasti talang tuo mengisahkan tentang pembuatan sebuah kebun Sriketra yang dimaksudkan untuk kemakmuran seluruh makhluk. Pembangunan tersebut diperintah langsung oleh Dapunta Hyang. Selain itu pembangunan kebun tersebut juga mengandung doa serta harapan dari pengsifatan agama Budha itu sendiri.

3. Prasasti telaga batu

Masih ditemukan di Kota Palembang, Talaga Batu berhasil ditemukan di daerah Telaga Biru. Dari bahasa Pallawa yang diterjemahkan, prasasti telaga batu bertuliskan berbagai kutukan bagi yang berbuat jahat. Selain itu juga terdapat perkataan buruk bagi orang yang tidak taat pada perintah raja.

Untuk menjaga sejarah tetap lestari. Maka Prasasti tersebut kemudian diletakkan di Museum Nasional Indonesia.

4. Archa Budha bukit Siguntang

Setelah peninggalan Kerajaan Sriwijaya berupa prasasti, maka kini terdapat archa yang dapat menjadi bukti sejarah lainnya. Archa yang ditemukan di Bukit Siguntang ini awalnya ditemukan saling terpisah. Mulai dari kepala dan badan sudah rusak. Mulanya hanya ditemukan kepalanya saja.

Setelah pencarian berlangsung kemudian ditemukanlah bagian badan dari archa tersebut. Namun hingga saat ini bagian kaki Archa Budha Bukit Siguntang belum juga ditemukan.

Baca juga kumpulan materi tentang Sejarah Kerajaan atau materi menarik lainnya di Coinone