Pendiri Kerajaan Pajajaran: Sejarah, Letak, Raja-raja, Keruntuhan dan Peninggalan

Asal usul dan Sejarah Singkat Kerajaan Pajajaran

Kerajaan Pajajaran dijalankan dalam pemerintahan di era Hindu-Budha. Keberadaannya banyak diceritakan kembali  dalam sebuah naskah kuno. Banyak yang menyebutnya sebagai Negeri Sunda atau Pasundan karena letak Ibu Kotanya yang berada di Bogor. Beberapa menyebutnya dengan Pakuan Pajajaran, yang mana terdapat beberapa arti yang menjelaskan maksud penamaan tersebut.

Pada sebuah Naskah Wara Guru dijelaskan bahwa Pakuan padjajaran disandarkan atas dasar keadaan tempat yang banyak  dijumpai  pohon Pakujajar. Beberapa sumber lain juga menegaskan bahwa sebutan tersebut ada kaitannya dengan keberadaan tumbuhan paku yang banyak tumbuh di sekitarnya. Dengan pemaknaan utuh berarti pohon paku yang berjajar.

Sedangkan sumber lain yang dituliskan oleh G.F Rouffer dalam sebuah buku Ecyclopedie van Niederlandsh Indie edisi stibe, bahwa penamaannya  disandarkan  pada lambang dari pribadi raja  yang memimpin pada saat itu. Dikatakan bahwa  Hal ini i juga dapat diartikan bahwa Kerajaan Pajajaran dapat berdiri sejajar dengan Majapahit, kerajaan terbesar saat itu.

Dalam sejarah berdirinya terdapat kerajaan terdahulu yang menjadi cikal bakal terbentuknya yaitu Tarumanegara, kerajaan Sunda, Kawali dan juga Galuh. Dikatakan bahwa pemerintahan yang berlangsung merupakan lanjutan dari kekuasaan sebelumnya. Berbagai jejak sejarah lainnya bisa ditemukan dalam peninggalan prasasti terkait ataupun naskah kuno yang ada.

Letak dan Pendiri Kerajaan Pajajaran

Secara geografis letak Kerajaan Pajajaran berada di wilayah Jawa Barat dengan Bogor sebagai ibu kotanya. Sebelumnya diketahui bahwa tempat berdirinya adalah lokasi dari ibu kota kerajaan Sunda yang sempat memerintah. Sekitar tahun 923-1579 Masehi diketahui sebagai masa pembangunannya. Sebelumnya diketahui sebagai bekas wilayah  administratif di bawah kekuasaan Tarumanegara.

Pendirinya bernama Tarusbawa, dimana merupakan menantu dari Raja Tarumanegara. Pendiriannya diinisiasi karena adanya pemberontakan penguasa Kerajaan Galu yang memutuskan untuk berpisah dan membentuk pemerintahannya sendiri. Sedangkan untuk wilayah kekuasaannya pada saat itu meliputi beberapa daerah di Jawa  Tengah , Jakarta, dan juga Jawa Barat.

Kehidupan Kerajaan Pajajaran

1. Kehidupan Politik Kerajaan Pajajaran

Pada masa pemerintahan Kerajaan Pajajaran sistem politik yang digunakan adalah feudal. Dimana susunannya terdiri atas puncak tertinggi dipegang oleh seorang dengan gelar Prabu atau raja. Kemudian di posisi kedua diduduki oleh seorang yang bergelar Putra Mahkota. Sedangkan pada lapisan politik pemerintahan selanjutnya ditempati oleh golongan mangkubumi, disusul mantra, Wado, dan Syahbandar.

Pada proses  pengelolaan dan pengaturan pemerintahannya dilakukan dengan  penunjukkan  seorang kepala daerah oleh Raja yang berkuasa pada saat itu. Dimana tugasnya yaitu mengurusi segala keperluan dan juga kendala yang  terjadi  pada tataran daerah-daerah di bawah kekuasaannya.  Pertanggungjawaban  akan kinerja dari kepala daerah yang telah ditunjuk disampaikan kepada golongan Mangkubumi serta Raja.

2. Kehidupan Ekonomi Kerajaan Pajajaran

Kehidupan ekonomi pada zaman tersebut bergantung pada kegiatan agrarisnya. Kondisi tersebut didasarkan pada keadaan wilayah di sekitar kerajaan yang memiliki karakteristik dari tanah-tanah subur dan cocok untuk aktivitas pertanian serta peternakan.

Namun, sebagian  wilayahnya yang terletak di daerah pesisir memiliki kecenderungan berbeda dari wilayah sebelumnya yaitu lebih kepada sektor maritimnya serta beberapa sektor perdagangannya. Jual beli barang dilakukan dengan pulau-pulau terdekat dengan area tersebut untuk menyokong kehidupan ekonominya. Begitulah gambaran dari perekonomian pada masa Kerajaan Pajajaran.

3. Kehidupan Sosial Kerajaan Pajajaran

Sedangkan gambaran  sosial kehidupan pada masa itu ditandai dengan adanya suatu sistem pelapisan masyarakat melalui fungsi dasar dari suatu kelompok tersebut. Dimana yang dimaksudkan dalam hal ini adalah lebih cenderung pada profesi utama yang dimiliki oleh kalangan tersebut dalam pemenuhan kebutuhannya.

Sehingga bisa diklasifikasikan menjadi kelompok Pahuma yaitu orang yang menjadi seorang petani di  ladang  milik pribadinya. Kemudian ada Palika yang merupakan lapisan masyarakat dengan profesi atau fungsi sosial sebagai seorang nelayan. Marangguy, status atau sebutan yang diberikan untuk pengukir, sedangkan masih banyak lagi lainnya seperti prajurit dan juga pandita yaitu seorang pemuka agama.

4. Kehidupan Agama Kerajaan Pajajaran

Agama secara umum yang dianut pada masa kerajaan ini adalah Hindu Saiwa, dimana di dalamnya terdapat penganut utama yaitu Raja-Raja. Dewa yang dipercaya sebagai Tuhan dan disembah pada kepercayaan ini adalah Siwa dengan penempatan paling tinggi. Rekam jejak akan aktivitas  keagamaan terkait telah terbaca dalam sebuah prasasti peninggalannya yaitu Kawali, dan Sahyang Tapak.

Selain Hindu saiwa juga terdapat juga terdapat agama Hindu Waismawa dan juga Budha. Dimana ketiganya berjalan beriringan. Raja sebagai penganut Hindu Saiwa tetap memberikan ruang untuk menjalankan kehidupan dan kepercayaan yang dianut oleh masyarakatnya yang berbeda kepercayaan. Sikap toleransi yang ditanamkan atas perbedaan tersebut dijunjung tinggi dalam penerapannya.

5. Kehidupan Budaya Kerajaan Pajajaran

Terkait dengan kehidupan budayanya tentunya sangat dipengaruhi oleh kepercayaan yang dianut oleh raja dan  masyarakatnya secara mayoritas  yaitu Hindu. Setiap aspek kehidupannya selalu  tidak pernah terlepas dari nilai-nilai  yang dalam ajaran agama tersebut. Sistem  sosial dan juga perkembangan kebudayaan yang adapun tak luput  dari keberadaannya.

Mulai dari bahasa, tulisan, hingga beberapa bentuk peninggalan lainnya, terlihat dengan jelas menonjolkan setiap nilai  yang ada  di agama Hindu.  Kitab-kitab yang ditinggalkannya seperti Sangyang Siskanda, Carita  Parahyangan, dan juga beberapa kerajinan tangan yang dimilikinya. Tentu hal ini menjadi satu gambaran besar akan kebudayaan yang berkembang pada masa itu.

Sistem dan Perkembangan Pemerintah Kerajaan Pajajaran

Sebagaimana sistem politk Feodal yang diterapkannya, maka kedudukan dengan kuasa tertinggi dalam pemerintahan dipegang oleh kepala kerajaan yaitu Prabu atau raja. Segala hal yang berkaitan dengan pengambilan keputusan dan penentuan sebuah aturan dilakukan dan disetujui oleh Raja sebagai bagian tertinggi dalam unsur kerajaan berlangsung.

Pengaturan lini kehidupan rakyat ditangani oleh orang-orang yang ada dalam daftar tugas kerajaan seperti kepala daerah dan lain sebagainya. Sedangkan rakyat bertugas menjalankan aktivitasnya untuk mendukung segala  kebijakan yang telah dibuat oleh Raja dan juga jajarannya. Sehingga timbulah sebuah  keseimbangan dan keselarasan di antara keduanya.

Silsilah Raja-raja Kerajaan Pajajaran

1. Raja Sri Baduga Maharaja

Menepati kekuasaan pertama yang ada di Kerajaan Pajajaran yaitu pada sekitar tahun 1482 hingga akhir jabatannya yaitu 1521. Menjadi pendiri dengan Pakuan sebagai Ibu Kotanya, saat ini Bogor. Dikenal dengan nama lain Prabu Siliwangi dan berhasil memperluas wilayah kekuasaan.

2. Raja Surawisesa

Menjabat pada tahun 1521 hingga akhir 1535, menggantikan Prabu Siliwangi sebagai penerus kedua. Namun sayangnya tidak ada prestasi yang banyak dilakukan, bahkan terbilang stagnan. Akan tetapi juga tidak menyebabkan kemunduran atas kekuasaan sebelumnya.

3. Ratu Dewata

Ratu Dewata memimpin selama kurun waktu 8 tahun berjalan dari 1535 hingga dengan 1543. Pada masanya banyak sekali terjadi kekacauan, karena ketidakcakapannya. Sehingga masa jabatannya tidak lebih lama dari pemimpin sebelumnya. Bahkan dikatakan dalam kekacauan yang terjadi, beliau memutuskan menanggalkan jabatannya dan menjadi pendeta.

4. Ratu Sakti

Kepemimpinan dari Ratu Sakti juga tidak lebih baik dari pemimpin sebelumnya. Pasalnya tidak ada prestasi yang dibuatnya selama menjabat. Sehingga masa kekuasaannya juga pendek seperti Ratu Dewata, hanya berjalan 8 tahun saja dari 1543 sampai 1551. Selain tidak menunjukkan kemajuan dalam usaha pemerintahannya, sifatnya yang boros juga sangat tidak disukai rakyat.

5. Ratu Milakendra

Saat Ratu Milakendra menjabat dan menduduki posisi puncak dari pemerintahan kerajaan, maka awal keruntuhan juga dimulai. Menjabat pada tahun 1551 hingga 1567, menjadi satu titik awal keruntuhan yang terjadi. Bahkan ketika terjadi penyerangan oleh Hassanuddin dari kerajaan Banten, Ratu Milakendra justru melarikan diri dan tidak mempertahankan kekuasaannya.

6. Raga Mula

Raja terakhir Kerajaan Pajajaran adalah Raga Mula memiliki perangai dan gaya kepemimpinan tidak jauh berbeda dari raja sebelumnya. Sifatnya yang tidak baik dan tidak cakap dalam memimpin banyak membuat kemunduran. Berkuasa selama 12 tahun dari 1567 hingga 1579, namun tidak lagi di Pakuan melainkan berpindah di daerah Pandeglang.

Masa Kejayaan Kerajaan Pajajaran

Sejarah yang  mencatat tentang cerita masa kerajaan menyebutkan bahwa Kerajaan Pajajaran mencapai masa kejayaannya pada masa pemerintahan Sri Baduga Maharaja. Banyak sekali dilakukan pembangunan fisik agar dengan tujuan memudahkan kehidupan dari rakyatnya.

Segala fasilitas umum yang digunakan untuk membantu kegiatan warganya dibangun dengan baik. Jalanan ibu kota yang menghubungkan  antara  Pakuan dengan Wanagiri dibangunnya. Kemudian sebuah telaga maharena Wijaya juga dibuatnya untuk menunjukkan kebesarannya. Pembangunan lain juga dikerjakan seperti kepuntren dan yang lainnya.

Selain perbaikan infrastruktur, usaha untuk membangun pertahanan yang kuat juga turut dikerjakannya. Mulai dari memperkuat angkatan militer dan beberapa aturan yang berhubungan dengan pajak dan upeti. hal ini dilakukan untuk mengantisipasi tidak terulang kembali kesalahan di masa sebelumnya. Dimana dalam sejarah  tercatat  terdapat sebuah peristiwa yang  melemahkan  kerajaan yaitu Bubat.

Pada  masa   Pemerintahan  ini,  Kerajaan Pajajaran benar-benar mendapatkan kejayaannya. Kesewenang-wenangan, dan hal-hal yang merugikan masyarakat dibasmi. Sehingga kehidupan di bawah naungan kekuasaannya benar-benar tenang dan tidak menyulitkan warganya.

Editor terkait:

Penyebab Runtuhnya Kerajaan Pajajaran

1. Gempuran Hassanuddin dari Kerajaan Banten

Runtuhnya Kerajaan Pajajaran di awali dengan adanya serangan dari Kesultanan  Banten. Pada masa itu, Islam masuk sebagai satu ajaran baru di tengah berkembangnya paham Hindu dan Budha di tanah Jawa. Pada tahun 1579 dilakukan serangan besar untuk meruntuhkan pemerintahan yang sedang berlangsung. Kekalahannya ditandai dengan dirampasnya batu penobatan bernama palangka Sriman Sriwacana.

2. Perebutan Batu Penobatan oleh Maulana Yusuf

Pasukan kesultanan  Banten  pada  masa  itu dipimpin oleh panglima perang Maulana Yusuf. Mulai dari Keraton Surosowan hingga dengan Pakuan Padjajaran berhasil dikuasainya. Batu penobatan yang dirampas sebelumnya kemudian  dibawa ke daerah Banten sebagai bentuk kemenangannya. Upaya tersebut dilakukan dengan landasan, bahwa tidak akan bisa lagi melakukan penobatan karena tradisi politiknya.

Prasasti dan Bukti Peninggalan Kerajaan Pajajaran

1. Prasasti Pasir Datar

Peninggalan ini ditemukan sekitar tahun 1872 di daerah Cisande, Pasir Datar. Ditempatkan di Museum Nasional Jakarta sebagai koleksi barang bersejarah negara. Bisa dikunjungi dan dilihat dalam bentuk fisik yang utuh.

2. Prasasti Ulubelu

Ditemukan di Ulubelu, Lampung, pada sekitar tahun 1936. Saat ini telah disimpan pada Museum Nasional. Berisi mantra Dewa Wisnu, Brahma dan juga Siwa, yang ada dalam kepercayaan Hindu.

3. Kompleks Makom Keramat

Peninggalan dari Kerajaan Pajajaran di dalamnya terdapat sebuah makam Ratu Galuh Mangkualam. Disinyalir adalah istri kedua Sri Baduga Maharaja atau Prabu Siliwangi, Letaknya ada pada Kebun Raya Bogor. Usianya dikatakan telah mencapai sekitar 600 tahun. Terdapat sebuah replika emas serta sebuah mahkota semen, sebagai simbol status kedudukannya.

Baca juga kumpulan materi tentang Sejarah Kerajaan atau materi menarik lainnya di Coinone