Pendiri Kerajaan Makassar: Sejarah, Letak, Raja-raja, Keruntuhan dan Peninggalan

Asal Usul dan Sejarah Singkat Kerajaan Makassar

Kerajaan Makassar merupakan kesultanan yang terbentuk atas gabungan dua kerajaan yaitu Gowa dan Tallo dengan pusat pemerintahan kerajaan di Sombaopu. Menurut sejarah, kerajaan Gowa merupakan kerajaan yang terbentuk atas berkumpulnya sembilan komunitas atau suku yang kemudian membentuk sebuah kerajaan.

Sedangkan Tallo, merupakan kerajaan yang wilayahnya berbatasan langsung dengan Gowa. Hubungan kedua kerajaan tersebut pada awalnya tak pernah berhenti gencatan senjata. Namun pada 1565 Gowa dan Tallo resmi damai atas satu perjanjian yang berbunyi ‘rua karaeng se’re ata’ bila diterjemahkan dalam bahasa Indonesia berarti dua pemimpin(raja) satu hamba.

Keberadaan kerajaan Makassar ini juga berpengaruh terhadap perkembangan islam. Sebelum berdirinya kerajaan tersebut agama islam cukup sulit masuk dan diterima oleh masyarakat. Namun setelah mengenal islam yang diawali oleh masuknya pemimpin kerajaan ke agama islam proses Islamisasi diterima dengan tangan terbuka.

Pada awalnya, penyebaran islam yang dibawa dari jawa untuk disebarkan ke Makassar. Bahkan upaya Sultan Baabullah yang berasal dari Ternate pun ikut ambil peran. Namun atas upaya seorang ulama asal Minangkabau bernama Datuk Ri Bandang islam tersebar luas. Masuknya islam pada tahun 1605 tersebutlah yang membuat kerajaan berubah menjadi kesultanan Makassar.

Bergabungnya dua kerajaan sekaligus serta masuknya agama islam ke Sulawesi Selatan sukses membuat kesultanan berhasil menguasai berbagai wilayah. Ia juga berperan penting dalam dunia kemiliteran dan dagang di Indonesia timur seperti Maluku, Nusa Tenggara serta bagian pesisir pulau Kalimantan.

Letak dan pendiri Kerajaan Makassar

Kerajaan Makassar adalah kesultanan yang sangat berpengaruh dan cukup berkuasa di timur nusantara. Hal tersebut disebabkan lokasi kerajaan berada di titik yang strategis yaitu diantara jalur pelayaran kapal Maluku dan Malaka.

Pusat pemerintahan kerajaan tersebut di semenanjung barat pesisir Sulawesi Selatan dan didiami oleh suku asli Makassar. Namun saat ini wilayah tersebut berada dalam kawasan administratif kabupaten Gowa.

Tokoh yang paling berpengaruh dan berperan penting terhadap berdirinya kesultanan Makassar dan masuknya agama islam adalah Raja Daeng Manrabbi. Pemimpin sekaligus pendiri kerajaan tersebut berganti gelar menjadi Sultan Alauddin setelah masuk islam. Sementara Karaeng Matoaya yang merupakan seorang patih kerajaan menjadi Sultan Abdullah.

Kehidupan Kerajaan Makassar

1. Kehidupan Politik Kerajaan Makassar

Kerajaan Makassar menerapkan sistem politik monarki yang mana semua keputusan dan kekuasaan dipegang penuh oleh pemimpin. Para pemimpin berusaha mempertahankan politik serta kekuasaannya dengan berusaha mengislamkan para calon pemimpin di seluruh wilayah Sulawesi Selatan.

Pada masa pemerintahan Sultan Hasanuddin, kerajaan mengalami masa keemasan dari berbagai bidang termasuk politik. Namun akibat serangan Belanda, pihak kerajaan dan seluruh masyarakat mencoba melawan VOC yang sebelumnya telah berhasil menundukkan beberapa kerajaan kecil di Sulawesi Selatan.

2. Kehidupan Ekonomi Kerajaan Makassar

Perkembangan ekonomi kerajaan bisa dikatakan sangat melesat karena berada di lokasi yang strategis yakni berada di tengah antara Kalimantan, Maluku, Jawa, Malaka serta Sumatra. Mayoritas masyarakat bermata pencaharian sebagai pedagang di daerah yang telah dikuasainya.

Makassar menjadi pusat perdagangan internasional setelah Malaka takluk dari Portugis serta Maluku yang berhasil dikuasai oleh Belanda dan Portugis. Akibat beberapa daerah yang dikuasai oleh pihak penjajah tersebut banyak pendatang yang menawarkan hasil dagangnya.

Untuk memperluas daerah kekuasaan ekonomi, kerajaan Makassar menaklukkan kerajaan Bone serta berusaha untuk memperluas daerah kekuasaan di Buton, Selayar, Sumbawa serta Lombok. Dengan demikian alur perdagangan baik dari jalur barat dan timur menjadi kekuatan terbesar ekonomi Makassar.

3. Kehidupan Sosial Kerajaan Makassar

Setelah masuknya islam ke Makassar, banyak penduduk yang turut masuk islam bahkan beberapa kerajaan lain dikehendaki untuk masuk islam oleh para pemimpin kerajaan saat itu. Norma-norma sesuai dengan agama islam merupakan pedoman hidup masyarakat dan juga kerajaan sehingga nilai tersebut dijunjung amat tinggi.

Pada masa itu, banyak masyarakat yang merantau ke luar pulau untuk memperbaiki taraf hidupnya. Selain itu, aktivitas pelayaran dan perdagangan masyarakat sehari-hari menjadikan penduduk asli dan pendatang baru hidup berdampingan dengan baik.

4. Kehidupan Agama Kerajaan Makassar

Sebagian besar pemimpin dan masyarakat pada masa kesultanan Makassar merupakan penganut agama islam. Masuknya para tokoh yang berhasil untuk menyebarkan agama islam sukses membuat sistem monarki dan masyarakat yang menolak tegas islam menjadi pengikut yang taat.

5. Kehidupan Budaya Kerajaan Makassar

Kerajaan Makassar terkenal dengan hasil seni dan beberapa kebudayaan yang melekat dengan kehidupan. Masyarakat yang terbiasa gotong royong berhasil membangun perahu pinisi nan megah serta Lambo. Hasil karya seni lainnya yaitu seni dalam bidang tarik suara, sastra, seni bangun dan lain-lain.

Editor terkait:

Sistem dan Perkembangan Pemerintahan Kerajaan Makassar

Pada hakikatnya kerajaan Makassar merupakan gabungan dari dua kerajaan yaitu Gowa dan Tallo. Oleh sebab itu banyak yang menyebut kerajaan tersebut dengan kerajaan Gowa-Tallo. Setelah beberapa kali upaya tokoh ulama dalam menyebarkan agama islam akhirnya pemimpin kerajaan berhasil masuk islam dan kerajaan berubah menjadi kesultanan atau kerajaan islam.

Sistem pemerintahan yang diterapkan oleh gabungan kedua kerajaan tersebut yaitu pemimpin atau raja berasal dari kerajaan Gowa dan raja dari Tallo sebagai Perdana Menteri. Meskipun berupa gabungan, kesultanan Makassar mempunyai peran penting dalam jalur perdagangan Indonesia Timur.

Kerajaan Makassar semakin berkembang setelah beberapa daerah sekitarnya dikuasai oleh Portugis dan Belanda. Lalu dibawah kepemimpinan Sultan Hasanuddin, kesultanan dan seluruh wilayah Makassar berada di puncak kejayaan. Namun, pada masa pemerintahan tersebut pula kerajaan runtuh.

Silsilah Raja Kerajaan Makassar

1. Sultan Alauddin

Sultan Alauddin merupakan raja pertama kerajaan Makassar yang masuk islam. Sultan yang bernama asli Karaeng Matowaya Tumamenaga Ri Agamanna ini memerintah mulai tahun 1591 sampai 1693. Dalam masa kepemimpinannya, kerajaan ikut berpartisipasi dalam dunia pelayaran dan perdagangan sehingga kesejahteraan rakyat terjamin saat itu.

2. Sultan Said / Sultan Muhammad Said

Raja yang pernah memimpin kerajaan Makassar berikutnya yaitu Sultan Said atau Sultan Muhammad Said atau Sultan Malikussaid. Beliau merupakan putra dari pahlawan sekaligus ulama Pangeran Antasari.

Sultan Said yang menjadi raja pada tahun 1639 sampai 1653 ini membuat Makassar berkembang pesat dari segi militer, pelayaran dan ekonomi. Makassar pada masa itu menjadi tempat transit utama bahkan mengirimkan bantuan dengan mengirimkan pasukan militer ke Maluku untuk membantu para penduduk melawan Belanda.

3. Sultan Hasanuddin

Kerajaan Makassar mengalami perkembangan pesat dan berhasil berada di puncak atas kepemimpinan Sultan Hasanuddin. Setelah Sultan Said wafat kemudian sang putra yaitu Sultan Hasanuddin naik tahta. Di bawah pimpinannya, seluruh wilayah Sulawesi Selatan hampir dikuasai.

Sedangkan untuk memperluas daerah kekuasaannya, beliau berhasil menaklukkan Nusa Tenggara seperti Flores, Lombok dan Sumbawa. Semangat juang yang menggebu-gebu dari Sultan Hasanuddin ini membuatnya diberi julukan Ayam Jantan yang berasal dari Timur.

4. Sultan Amir Hamzah

Mapasomba atau Sultan Amir Hamzah merupakan putra Sultan Hasanuddin. Amir Hamzah memimpin kesultanan Makassar pada tahun 1669 sampai 1674. Sang Ayah berharap bahwa Amir hamzah dapat menjalin hubungan baik dengan pihak Belanda agar kerajaan dapat bertahan.

Namun ternyata, pada masa pemerintahan Sultan Amir Hamzah ambisinya lebih dan wataknya lebih keras. Oleh sebab itu, Belanda berusaha untuk mengirimkan tentara dan menyerang kerajaan hingga kalah dan kekuasaan berpindah tangan ke Belanda.

Masa Kejayaan Kerajaan Makassar

Lokasi yang tepat membuat kerajaan menjadi jalur penting dalam pelayaran dan perdagangan. Di bawah pimpinan Sultan Said, kerajaan berada dalam kondisi kejayaan karena dikenal baik hingga ke luar negeri mulai Asia sampai Eropa atas kepiawaiannya dalam bidang diplomasi.

Kemudian di masa pemerintahan putranya, Sultan Hasanuddin, kerajaan Makassar semakin berkembang pesat mulai dari bidang pendidikan, ekonomi hingga agama. Tidak hanya itu, perluasan wilayah pun berhasil dilakukan seperti kerajaan kecil seperti Bone, Luwu, Soppeng Wajo, serta berhasil menyerang dan berkuasa di Nusa Tenggara.

Editor terkait:

Penyebab Runtuhnya Kerajaan Makassar

1. Adanya konfrontasi dengan pihak Belanda

Dalam upayanya untuk mengambil alih kekuasaan atas wilayah Sulawesi Selatan yang hampir seluruhnya dikuasai oleh kerajaan, Belanda mengadu domba antara kerajaan Bone dan Makassar. Belanda mencoba mempengaruhi Raja Bone bernama Aru Palaka sehingga ia merasa bahwa merasa dijajah oleh pihak Makassar.

Oleh karena itu, kerajaan Bone bersekutu dengan Belanda dan sepakat untuk menyerang kesultanan Makassar. Raja Aru meminta pertolongan ke Belanda menghancurkan wilayah kekuasaan kerajaan dan dengan senang hati Belanda menyambutnya.

2. Perjanjian yang merugikan kerajaan

Serangan dari Belanda dan kerajaan Bone membuat kerajaan Makassar luluh lantak. Serangan laut dari Belanda dan Bone dari darat membuat wilayah kekuasaan Makassar kacau. Keadaan yang menguntungkan ini dimanfaatkan oleh Belanda untuk memaksa Sultan Hasanuddin yang saat itu menjadi raja menyetujui perjanjian Bongaya.

Isi perjanjian tersebut dianggap merugikan pihak kerajaan karena sejak awal Belanda dan kerajaan Bone berniat untuk mengambil alih kekuasaan Makassar. Isi dari perjanjian tersebut antara lain:

  • Belanda diperbolehkan memonopoli perdagangan di wilayah kerajaan
  • Belanda diijinkan untuk mendirikan sebuah benteng yaitu Benteng Rotterdam
  • Diakuinya Aru Palaka sebagai Raja dari kerajaan Bone
  • Kerajaan harus bersedia melepaskan wilayah kekuasaan di luar Sulawesi Selatan

Setelah kalah dari Belanda dan Bone, tahta kerajaan diberikan kepada Sultan Amir Hamzah putra Sultan Hasanuddin. Watak dan ambisinya yang tinggi justru membuat Belanda mengerahkan pasukan untuk menyerangnya hingga kerajaan berhasil diambil alih.

Prasasti dan Bukti Peninggalan Kerajaan Kerajaan Makassar

1. Masjid Katangka

Masjid ini merupakan salah satu peninggalan kesultanan Makassar yang diperkirakan dibangun di abad 18. Asal nama katangka ini berasal dari kayu katangka yang digunakan sebagai bahan pembuatan. Selain tempat ibadah, di utara masjid terdapat sebuah makam milik raja ke 3 yaitu Sultan Hasanuddin.

2. Benteng Fort Rotterdam

Peninggalan yang cukup populer ini terletak Kota Makassar tepatnya di barat pesisir pantai. Benteng yang diperkirakan dibangun tahun 1545 ini konon dibangun oleh raja ke-9 Gowa, Daeng Bonto Karaeng  Lakuing Tumapa’risi Kallona lalu dikonstruksi ulang oleh Sultan Alauddin.

3. Balla Lompoa

Balla Lompoa merupakan istana yang dibangun oleh Sultan Muhammad Tahir. Istana yang terletak di kecamatan Somba Opu ini kini dialihfungsikan menjadi museum nasional Balla Lompoa.

4. Makam Syekh Yusuf

Syekh Yusuf merupakan seorang tokoh agama sekaligus ulama besar yang sangat berpengaruh di kerajaan Makassar. Makam Syekh Yusuf terletak di dataran Lakuing yang tidak jauh dari lokasi Masjid Katangka.

Baca juga kumpulan materi tentang Sejarah Kerajaan atau materi menarik lainnya di Coinone