Pendiri Kerajaan Gowa Tallo: Sejarah, Letak, Raja-raja, Keruntuhan dan Peninggalan

Asal Usul dan Sejarah Singkat Kerajaan Gowa Tallo

Kerajaan Gowa Tallo merupakan kerajaan Islam yang sudah lama berdiri di Indonesia. Tepatnya pada abad ke 14 masehi. Yaitu pada tahun 1320, kerajaan ini berdiri di atas tanah Sulawesi Selatan. Sebelum menjadi kerajaan Islam, Gowa Tallo merupakan perkumpulan dari 9 komunitas yang akhirnya membentuk suatu pemerintahan. Kesembilan komunitas tersebut adalah Kalili, Saumata, Data, Parang-parang, Bissei, Tombolo, Lakiung, Agangjene, dan Sero.

Semuanya itu biasa disebut dengan Bate Salapang. Nama Goa Tallo sendiri mulanya bukanlah satu kesatuan. Pasalnya Goa dan Tallo adalah nama sebuah kerajaan yang berbeda. Mulanya kerajaan Goa ini dipimin oleh putra dari raja ke-6. Di mana kerajaan Gowa diserahkan kepada Batara Gowa, sedangkan putra lainnya yang bernama Karaeng Loe ri Sero memutuskan untuk membangun kerajaan sendiri yang diberinya nama Kerajaan Tallo.

Meski bersaudara, kedua kerajaan tersebut saling bersaing memperebutkan tanah yang ada di Sulawesi Selatan. Namun perseteruan itu berakhir atas jasa Daeng Matanre Karaeng Tumparisi Kallona. Kemudian kedua kerajaan pun bersatu. Dengan bergabungnya dua kerajaan yang berbeda tersebut, maka system kekuasaan pun ikut berubah. Di mana dalam Kerajaan Tallo terdapat system wewenang ganda.

Untuk para pemimpin yang bertindak sebagai raja adalah yang berasal dari Gowa, sedangkan posisi perdana menteri diambil alih oleh keturunan Tallo. Kerajaan Gowa Tallo mulai menjadi kerajaan Islam ketika dalam masa pemerintahan Raja I Mangari Daeng Manrabbia, tepatnya pada tahun 1593 M. Sehingga pada masa raja tersebutlah Kerajaan ini menjadi pusat dakwah Islam. Selain itu, jenis kesultanannya sering disebut dengan Serambi Madinah.

Letak dan Pendiri Kerajaan Gowa Tallo

Kerajaan Goa Tallo bertempat di pesisir barat Sulawesi Selatan. Di mana banyak dari penduduknya yang merupakan anggota Suku Makassar. Menurut catatan sejarah pemimpin pertama dari kerajaan tersebut bernama Tumanurung Bainea. Di mana ia juga diyakini sebagai pendiri kerajaan Gowa Tallo. Bisa dibilang Kerajaan ini berdiri di lokasi yang cukup strategis. Di mana tempat tersebut berada di jalur lalu lintas pelayaran antara Malaka dan Maluku.

Sehingga seiring dengan berjalannya waktu Makassar menjadi tempat para pedagang untuk singgah di pelabuhan. Tidak heran dalam kurun waktu yang singkat Makassar menjadi salah jalur dagang cukup penting yang berada di wilayah Timur Indonesia. Gowa Tallo yang juga disebut Kerajaan Makassar ini terletak di daerah Sulawesi Selatan.

Di mana mulanya Makassar merupakan ibu kota dari Gowa, yang dulu memiliki nama Ujung Pandang. Tempatnya yang memang menguntungkan membuat para pedagang singgah. Sehingga tidak heran pada saat itu Kerajaan Gowa Tallo berkuasa dalam jalur perdagangan nusantara.

Kehidupan Kerajaan Gowa Tallo

1. Kehidupan politik Kerajaan Gowa Tallo

Perkembangan politik pada masa Kerajaan Gowa Tallo begitu berkembang pesat. Apalagi pada masa kejayaannya, sang Raja mampu memperluas daerah kekuasaan. Hal ini dilakukan untuk menunjang keperluan perdagangan.

2. Kehidupan ekonomi Kerajaan Gowa Tallo

Seperti yang sudah disinggung sebelumnya bahwa Kerajaan ini adalah kerajaan maritim yang juga berperan penting dalam jalur perdagangan. Di mana ia juga menjadi pusat pelayaran dari Indonesia bagian Timur. Oleh karenanya kehidupan ekonomi Kerajaan Gowa Tallo dinilai sangat baik.

Keadaan ekonomi masyarakatnya juga ditunjang dari beberapa faktor, diantaranya adalah letak yang strategis, pelabuhan yang cukup baik. Selain itu, keadaan ekonomi tersebut juga dipicu oleh jatuhnya Malaka ke tangan portugis di tahun 1511. Sehingga pedagang di sana banyak yang berpindah tempat menuju Indonesia Timur.

3. Kehidupan sosial Kerajaan Gowa Tallo

Sebagai masyarakat dan Kerajaan maritim di Indonesia, masyarakat Gowa Tallo mayoritas menyambung hidup dengan menjadi nelayan dan pedagang. Selain itu, untuk bisa terus menjalankan kehidupan, masyarakat Gowa Tallo juga menjunjung norma adat yang berlaku.

4. Kehidupan budaya Kerajaan Gowa Tallo

Karena merupakan kerajaan nelayan, maka jenis kebudayaan yang berkembang begitu baik adalah dalam komoditi pelayaran. Mereka juga membuat kapal sendiri.

5. Kehidupan agama Kerajaan Gowa Tallo

Mulanya masyarakat Gowa Tallo bukanlah penganut agama Islam. Namun sejak masuknya dua Raja yang berasal dari Tallo, maka masyarakatnya pun mengikuti jejak pemimpinnya. Sejak saat itulah Kerajaan Gowa Tallo menjadi pusat penyebaran Islam di Sulawesi Selatan.

Kehidupan agamanya ini bisa dibuktikan dengan adanya peninggalan sejarah berupa Masjid Katangka yang memang khusus didirikan sejak tahun 1605. Sehingga jadilah Gowa Tallo sebagai Kerajaan Islam.

Editor terkait:

Silsilah Raja Kerajaan Gowa Tallo

1. Tamanurunga

Ia merupakan pendiri kerajaan serta pemimpin pertama dari Gowa Tallo. Dari dirinya berawal adanya dua kerajaan berbeda yang kemudian menjadi satu.

2. I Manriwagau Daeng Bonto Karaeng Lakiyung

Ia merupakan raja Gowa Tallo ke 10. Masa pemerintahannya dimulai sejak tahun 1546 – 1565. Di sini Kerajaan Gowa Tallo masih stabil dan menganut agama nenek moyang.

3. I Mangrai Daeng Manrabbia Sultan Alauddin

Kejayaan Sultan Alauddin dimulai pada tahun 1593 sampai dengan 1639. Ialah raja pertama yang memutuskan masuk Islam semenjak penyebaran Islam masuk ke Sulawesi Selatan.

4. Sultan Muhammad Ali

Raja ke 18 yang satu ini lahir pada tanggal 29 November 1654. Kemudian diangkat menjadi raja sejak tahun 1674 sampai dengan 1677. Dinyatakan wafat pada tahun 1681.

Sistem dan Perkembangan Pemerintahan Kerajaan Gowa Tallo

Karena merupakan gabungan dari dua kerajaan yang berbeda, Gowa Tallo memiliki sistem pemerintahan yang berbeda. Dari hasil kesepakatan kedua raja yang faktanya bersaidara, mengambil kesepakatan bahwa ada sistem pemerintahan berganda.  Di mana Raja gowa yang asli menjadi pemimpin tertinggi.

Untuk proses perkembangannya sendiri Kerajaan Gowa Tallo adalah kerajaan bercorak Hindu. Namun, setelah rajanya memeluk Islam maka rakyat Gowa Tallo pun berbondong-bondong mengikuti keislaman.

Mulai pada saat itulah kerajaan yang satu ini kerap kali disebut Kerajaan Makassar. Di mana Raja yang paling terkenal bernama Sultan Hasanuddin. Sebab kegigihan perjuangan Kerajaan Gowa Tallo, mereka berhasil memperluas daerah kekuasaan. Terutama dalam jalur transit perdagangan.

Masa Kejayaan Kerajaan Gowa Tallo

Kerajaan yang berada Sulawesi Selatan ini juga sempat mengalami masa gemilang. Karena hubungan yang baik antara dua kerajaan tersebut, disebutlah ke dalam satu nama yaitu Kerajaan Makassar. Kerajaan yang menguasai perdagangan rempah ini mengalami masa gemilang pada abad ke 16 dan 17.  Hal ini juga dipicu oleh hubungan baik yang terjalin dengan Kerajaan Ternate.

Mulanya Kerajaan Gowa Tallo ini bukanlah kerajaan Islam. Namun sejak kedatangan Datok Ri Bandang, yaitu seorang penyiar agama yang berasal dari Sumatera. Kemudian membawa Raja Gowa Tallo memeluk agama Islam. Sehingga jadilah kerajaan tersebut salah satu kerajaan Islam Nusantara.

Raja pertama Kerajaan ini yang masuk Islam adalah Sultan Alauddin. Pada masa pemerintahan beliau lah Kerajaan ini tumbuh menjadi kerajaan maritim. Selain itu para pelaut pun juga mengembangkan akomodasi mereka berupa perahu jenis pinisi dan lambo.

Kemudian pemerintahan dilanjutkan kembali oleh Sultan Hasanuddin. Beberapa diantara daerah yang berhasil dikuasai adalah Wako, Lawu, Bone dan Shoppeng. Pada masa kepemimpinan beliaulah Gowa Tallo meraih masa kejayaannya. Hal ini juga membuat Belanda menjuluki Sultan Hasanuddin sebagai Ayam Jantan Dari Timur.

Editor terkait:

Penyebab Runtuhnya Kerajaan Gowa Tallo

Selain berada dalam masa gemilang , Gowa Tallo juga mengalami masa kemunduran. Yaitu tepatnya pada saat pemerintahan Mapasomba. Sebagai penerus dari Sultan Hasanuddin, Mapasomba pun juga menentang hadirnya Belanda yang ingin menguasai jalur perdagangan.

Meski begitu Mapasomba pun dengan tidak gentar ingin meruntuhkan VOC. Dengan keras Napasomba melawan pemerintah Belanda yang mendengungkan suatu komunitas dagang. Oleh sebab itu Belanda mulai mengerahkan pasukan secara besar-besaran.

Penyerangan tersebut akhirnya dilakukan, dan Kerajaan Gowa Tallo pun hanya tinggal cerita. Bahkan sampai saat ini tidak begitu jelas diketahui di mana dan bagaimana keadaan Mapasomba. Saat itulah masa kejayaan gowa Tallo sudah runtuh. Sebab Belanda telah menguasai sepenuhnya kesultanan Makassar.

Pasalnya akibat peperangan yang tidak henti-hentinya terjadi membuat perekonomian Gowa Tallo menjadi tidak stabil. Tepatnya pada tahun 1667, Sultan Hasanuddin tunduk di bawah kepemimpinan Belanda sebab perjanjian yang telah disepakati. Meski begitu raja yang memimpin pada saat itu juga telah menempuh berbagai cara untuk tetap mempertahankan kekuasaan.

Sehingga meski kerajaan ini sudah berabad-abad lamanya, namun kiprahnya dan kepopulerannya tidak luntur. Meski pasang surut, Kerajaan Gowa Tallo tetap memiliki peninggalan sejarah yang dapat menjadi bukti perjuangan.

Peninggalan Kerajaan Gowa Tallo

1. Fort Rotterdam

Menjadi salah satu kerajaan maritim nusantara, Gowa Tallo memiliki peninggalan sejarah berupa Roth Rotterdham. Di mana peninggalan tersebut berwujud sebuah benteng Ujung Pandang. Menurut catatan sejarah Benteng Fort Rotterdam telah dibangun pada tahun 1545 oleh Raja I Manrigau Daeng Bonto Karaeng.

Raja ke 9 ini membangun Benteng dengan berbahan dasar tanah liat. Namun untuk mengokohkan keadaan, maka direnovasilah benteng tersebut oleh Sultan Alauddin menjadi bermaterial batu padas.  Benteng ini didesain dengan bentuk yang unik, yaitu hewan penyu yang hendak pergi ke laut. Benteng yang bernama asli Benteng Ujung Pandang ini memiliki filosofi tersendiri. Yaitu berjayanya Gowa Tallo di darat maupun lautan, yang artinya tak mengenal tempat.

2. Masjid Katangka

Seperti yang sudah jadi pengetahuan umum bahwa Kerajaan Gowa Tallo merupakan kerajaan Islam. Oleh karenanya salah satu peninggalannya pun bercorak keislaman yaitu Masjid Katangka. Masjid ini didirikan pada tahun 1605 masehi. Meski begitu hampir setiap berganti pemimpin masjid ini kerap kali mengalami pemugaran. Jadi sampai saat ini pun sulit untuk mengidentifikasi mana bagian bangunan yang asli.

3. Kompleks makam Raja Gowa Tallo

Menjadi kerajaan pada abad ke 16, Gowa Tallo sudah memasuki era modern. Mereka juga sudah membangun sebuah makam yang dikhususkan untuk keluarga kerajaan.  Di mana kompleks pemakaman ini telah ada sejak abad ke 17 masehi. Untuk yang penasaran dengan peninggalan kerajaan yang sakral ini bisa ke RK 4 lingkungan Tallo.

Bentuk makamnya sangat unik dengan desain makam yang rumpang rindih. Seperti adanya makam yang berada di atas bangunan. Maulun makam yang di atasnya terdapat bangunan. Bentuk kuburannya seperti kubah yang berjejer. Sampai saat ini lokasi tersebut masih dijaga dan dirawat sebagai bukti sejarah.

Baca juga kumpulan materi tentang Sejarah Kerajaan atau materi menarik lainnya di Coinone