Pendiri Kerajaan Tidore: Sejarah, Letak, Raja-raja, Keruntuhan dan Peninggalan

Asal Usul dan Sejarah Singkat Kerajaan Tidore

Kerajaan Tidore berada di sebelah timur nusantara pada jaman dahulu. Kerajaan tersebut bertahan selama berabad-abad lamanya dan menjadi salah satu kekuatan yang besar Indonesia pada masa lalu. Sejarahnya kerap kali dihubungkan bersama dengan kerajaan Ternate. Hal tersebut dikarenakan memang keduanya berada di lokasi yang sama dan sangat berdekatan.

Namun, sebenarnya keduanya masih memiliki hubungan kekerabatan. Pada awal masa ekspedisi bangsa Eropa ke seluruh penjuru dunia, kerajaan ini menjalin kerjasama dengan Kerajaan Spanyol. Sedangkan kerajaan yang berada di dekatnya menjalin hubungan dengan Bangsa Portugis. Mulai dari situlah kedua kekuasaan tersebut mulai memburuk hubungannya.

Pada awalnya, kerajaan tersebut masih menganut kepercayaan nenek moyangnya dengan melakukan penyembahan terhadap roh-roh para leluhur. Namun semenjak salah seorang rajanya memeluk Agama Islam, maka keseluruhan negerinya beralih menuju corak-corak Islam dengan menerapkan seluruh kebijakan dan lain-lain berdasarkan atas syariat agama tersebut.

Letak dan Pendiri Kerajaan Tidore

Keberadaan Kerajaan Tidore berada di salah satu pulau penting yang sekarang masuk di wilayah Maluku. Kesultanan tersebut menempati pulau yang bernama sama dengan kerajaannya. Berada di kawasan Maluku Utara, kekuasaannya meliputi banyak pulau-pulau di sana.

Beberapa pulau yang menjadi milik pemerintahannya yaitu Pulau Seram, Buru, dan tentu saja Halmahera, namun hanya wilayah selatannya saja. Selain itu, teritorinya ternyata lebih luas lagi karena beberapa pulau-pulau kecil yang dekat dengan Pulau Papua ternyata menjadi miliki kesultanan ini.

Kehidupan Kerajaan Tidore

1. Kehidupan Politik Kerajaan Tidore

Proses berjalannya pemerintahan di kerajaan tersebut sebenarnya berjalan cukup lancar-lancar saja. Namun, persaingan dengan kerajaan di sebelahnya menjadi semakin panas kala kedua negara asal benua biru datang ke sana. Seperti yang diketahui bahwa Kerajaan Tidore bersekutu dengan kerajaan Spanyol dan pada saat yang sama mulai memanas hubungannya dengan negeri sebelahnya.

Sebelum persekutuan tersebut, negara Portugis sudah lebih dahulu bersatu dengan Kerajaan Ternate. Hadirnya kedua bangsa tersebut dan melakukan hubungan itu, sebenarnya mengantarkan keduanya menuju pada kehancuran diri mereka. Hal tersebut karena kedua negara asal Eropa tersebut datang hendak menguasai kekayaan dan segala sumber daya yang ada di dalamnya.

Namun setelah adanya suatu perjanjian yang sering disebut dengan Saragosa, pihak Tidore kehilangan sekutunya. Spanyol harus mengalah dan berkuasa di daerah utara, yakni wilayah yang sekarang menjadi negara Filipina. Sedangkan supremasi Portugal di Maluku semakin meluas dan berambisi untuk menguasainya. Namun, pada akhirnya kalah dan mereka pun berpindah ke tempat lain.

2. Kehidupan Ekonomi Kerajaan Tidore

Masyarakat Kerajaan Tidore dapat bertahan hidup dengan memanfaatkan tanah mereka untuk membudidayakan berbagai tanaman. Tanah di sana memang cukup subur untuk ditanami tumbuh-tumbuhan. Dengan adanya gunung api dan wilayah tersebut termasuk rangkaian cincin api (ring of fire) tentunya membuat unsur hara di sana berlimpah.

Warga kerajaan tersebut banyak yang menanam beberapa rempah-rempah yang kemudian dijual hingga ke negeri lain. Salah satu hasil bumi yang marak dilestarikan oleh masyarakatnya yaitu cengkeh. Selain itu, lada juga menjadi salah satu komoditas unggulan pada masa itu.

Dengan mudahnya akses ke berbagai daerah karena langsung berhadapan dengan lautan, membuat kesultanan tersebut bisa dengan gampangnya melakukan hubungan dagang bersama berbagai kerajaan lainnya. Inilah yang menopang kehidupan masyarakat di sana kala itu.

3. Kehidupan Sosial Kerajaan Tidore

Kerajaan Tidore sangat memegang teguh kepercayaannya terhadap ajaran Islam. Hal inilah yang mempengaruhi bagaimana aturan di sana dibuat serta pola tingkah laku masyarakatnya. Tak heran jika kesultanan tersebut menjadi pusat penyebaran agama tersebut di tanah bagian timur Indonesia.

Alim ulama dan pendakwah agama menjadi sosok yang sangat dihormati oleh orang-orang. Mereka memegang peran penting dalam pemerintahan seperti misalnya penasehat raja dan juga salah satu tokoh berpengaruh masyarakat.

Bahasa yang digunakan untuk percakapan keseharian adalah Bahasa Tidore. Ini merupakan salah satu turunan dari golongan bahasa Non Austronesia. Dengan alat komunikasi tersebut, para warganya menciptakan berbagai produk budaya seperti syair dan karangan-karangan yang lain.

4. Kehidupan Agama Kerajaan Tidore

Sebagai kesultanan berlandaskan ajaran Islam, Tidore sangat kental dengan corak agama tersebut. Hukum yang berlaku di sana dibuat berdasarkan Al-Quran serta Hadist. Bahkan ketika mereka melakukan perundingan dengan pihak penjajah, mereka menggunakan kitab suci sebagai pedoman dan saksi atas kesepakatan tersebut.

5. Kehidupan Budaya Kerajaan Tidore

Berbeda dengan kebanyakan masyarakat dunia, Kerajaan Tidore menggunakan pola matrilineal dalam mewarisi keturunannya. Ini berarti garis keturunan didapatkan dari pihak perempuan. Sang ibulah yang nantinya akan mewarisi identitas dari anaknya. Akan tetapi dengan pengaruh Islam, pola tersebut semakin menurun eksistensinya dan beralih sebaliknya.

Tradisi di sana mengenai pernikahan, yaitu menyatukan antar sepupu atau sering disebut dengan kufu. Jadi, masih memiliki hubungan darah yang cukup dekat namun diperbolehkan dalam kepercayaan yang berkembang. Seusai pernikahan, kedua mempelai bisa memilih sendiri apakah ingin tinggal dekat dengan keluarga pihak laki-laki ataupun perempuan.

Editor terkait:

Sistem dan Perkembangan Pemerintahan Kerajaan Tidore

Penguasa mempunyai kekuatan yang besar dalam Kerajaan Tidore tersebut. Beberapa pihak juga ikut andil dalam mendukung keberlangsungan kerajaan, seperti misalnya penasehat yang hampir seperti patih. Semua hal dalam pemerintahan berlandaskan atas syariat Islam.

Kesultanan tersebut merupakan salah satu dari dua pemerintahan terbesar yang ada di Maluku, tepatnya Maluku Utara. Keduanya mendiami satu Pulau yang cukup besar, yakni Halmahera. Pada awalnya, pula tersebut ditinggali oleh penduduk asli yang memiliki kepercayaan lain. Namun, semuanya menjadi berbeda manakala para pedagang Islam mulai berhubungan dengan mereka.

Beberapa diantaranya ada yang memutuskan untuk menetap dan akhirnya timbullah interaksi antar kedua masyarakat tersebut. Lambat laun, banyak masyarakat Maluku yang memegang keyakinan Islam dan pada akhirnya mereka sepakat untuk menunjuk salah seorang diantara mereka untuk dijadikan seorang sultan dan mendirikan kerajaan.

Kemudian berdirilah kerajaan-kerajaan di sana, salah satunya Kerajaan Tidore itu sendiri. Dengan kekuatan yang cukup besar, ia mampu bersaing dengan saudaranya, Kerajaan Ternate, serta wilayah-wilayah lainnya.

Silsilah Raja Kerajaan Tidore

1. Sahajati

Ia merupakan penguasa yang pertama kali merajai kesultanan tersebut. Meskipun begitu, belum ditemukan sumber manapun yang menyebutkan bahwa ia sudah memeluk agama Islam. Disinyalir ia masih menganut kepercayaan nenek moyang yang berkembang di Kerajaan Tidore pada jaman dahulu yang menyembah roh-roh para leluhur mereka.

2. Jamaluddin

Ia merupakan seorang sultan yang diyakini memeluk agama Islam paling awal. Nama aslinya ialah Ciriliyati dan berkuasa selama kurang lebih 17 tahun lamanya. Pada masa pemerintahannya, dipercaya kali pertama kerajaan tersebut menganut sistem dan berlandaskan ajaran Islam di semua sektornya. Kultur dari kerajaan pun berubah menjadi kesultanan yang memiliki ciri khas keislaman.

3. Al-Mansur

Setelah Raja Jamaluddin meninggal dunia, pemerintahan Kerajaan Tidore diambil alih oleh Al-Mansur. Sang sultan berkuasa memerintah kerajaan selama kurang lebih 14 tahun. Pada saat itulah kekuatan asing mulai hadir ke wilayah Indonesia timur. Hadirnya penjelajah dari Spanyol diterima oleh kerajaan tersebut.

Pada saat itulah perseteruan dengan kerajaan di sampingnya menjadi memanas. Hal tersebut dipengaruhi oleh kerjasama antara Kerajaan Ternate bersama Portugis lebih dahulu daripada kerjasama yang dilakukan oleh pihak Tidore dengan bangsa Spanyol. Hal ini diperparah dengan perebutan kedua kerajaan tersebut oleh dua pengaruh kuat asal benua biru itu.

4. Saifuddin

Raja yang satu ini berhasil membawa Kerajaan Tidore ke masa-masa keberhasilannya. Saat itu kesultanan tersebut sangat dipandang oleh negeri-negeri yang lainnya. Berbagai kebijakan membuat kemajuan pesat pada pemerintahannya.

5. Nuku

Sultan tersebut juga salah satu pemimpin yang mengantarkan Tidore ke masa kejayaannya. Ini terjadi sekitar permulaan abad 18. Ia berhasil memperbesar wilayah kekuasaan hingga mencapai wilayah Barat Pulau Papua. Menurut catatan, wilayahnya juga berhasil mencapai beberapa pulau di Samudera Pasifik. Ia juga pihak yang mampu menggabungkan Kerajaan Ternate dengan Tidore.

6. Zainal Abidin

Dia merupakan saudara kandung sekaligus penerus kekuasaan yang diwarisi oleh Sultan Nuku. Pada masanya, mulai mengalami dampak dari hadirnya para penjajah bangsa barat terutama Belanda. Saat itulah usaha-usaha Belanda dalam mengambil alih kekuasaan lebih menjadi-jadi.

Masa Kejayaan Kerajaan Tidore

Seperti penjelasan sebelumnya, masa-masa emas Kerajaan Tidore terjadi pada saat Sultan Nuku masih mengambil kekuasaan. Selain karena keberhasilannya dalam mengembangkan area kekuasaan kesultanannya, namun juga karena kecerdasannya dalam menjaga kerajaan aman dari tangan-tangan para penjajah yang hendak mengambil keuntungan.

Ia juga dikenal berhasil dalam menyatukan dua kekuatan besar yang ada di Maluku. Hal tersebut karena ia mendapatkan dukungan dari Kerajaan Inggris, namun bisa mengamankan dari pengaruhnya. Ia hanya memberikan Inggris kesempatan untuk berdagang dengannya saja.

Di tangannya, warga-warganya berhasil mendapatkan kemakmuran karena hasil pertanian yang melimpah ruah. Dengan bebasnya pengaruh dari semua pihak yang hendak menjajah, masyarakatnya tidak mengalami kendala apapun menjalankan aktivitas ekonomi untuk menunjang kehidupan.

Editor terkait:

Penyebab Keruntuhan Kerajaan Tidore

Kemunduran kerajaan ini sebenarnya sudah tampak dari awal ketika berselisih dengan pihak Ternate karena adu domba yang dilancarkan oleh dua kekuasaan asal benua biru. Meskipun akhirnya mereka bisa bersatu, namun datangnya kongsi dagang Belanda atau VOC membuatnya tidak bertahan lama.

Pihak penjajah memang sangat gencar dalam usaha menaklukkan seluruh wilayah yang ada di nusantara, tak terkecuali Kerajaan Tidore tersebut. Pada masa kejayaannyalah, negeri ini mampu bebas dari kekangan para penjajah.

Prasasti dan Bukti Peninggalan Kerajaan Tidore

1. Kie Kadato

Dalam berbagai catatan, kerajaan ini mewariskan sebuah istana yang mampu berdiri hingga sekarang. Istana tersebut dibangun dari tahun 1812 pada saat Sultan Syahyuan memimpin. Desain dan interior dalamnya sangat mencerminkan corak dari kerajaan tersebut.

2. Benteng

Setidaknya terdapat dua bangunan tersebut, yakni Tahula dan juga Torre. Ini merupakan salah satu bangunan yang digunakan oleh pihak penjajah dalam menghalau serangan yang digencarkan untuk mereka. Letaknya cukup dekat dengan peninggalan sebelumnya, yaitu Istana Kie. Selain itu, ada juga bangunan pertahanan yang bernama Tolukko yang dulu dipakai Portugis untuk mengontrol Tidore.

3. Masjid Tidore

Sultan di sana juga sangat fokus terhadap keberlangsungan ajaran Islam. Terdapat sebuah masjid yang merupakan warisan dari Kerajaan Tidore pada jaman dahulu. Tempat ibadah tersebut didirikan pada masa kepemimpinan Zainal Abidin.

Baca juga kumpulan materi tentang Sejarah Kerajaan atau materi menarik lainnya di Coinone