Pendiri Kerajaan Ternate: Sejarah, Letak, Raja-raja, Keruntuhan dan Peninggalan

Asal Usul dan Sejarah Singkat Kerajaan Ternate

Kerajaan Ternate juga dikenal luas dengan nama Kesultanan Ternate. Sebutan  ini disematkan dalam nama Ternate sebagai penanda bahwa kerajaan ini bercorak Islam. Ternate juga dapat dikategorikan sebagai salah satu kerajaan Islam tertua di Indonesia yang terdapat di daerah Maluku.

Ternate berkembang cukup pesat jika dibandingkan dengan kerajaan di Maluku lainnya. Hal ini dilatarbelakangi oleh armada militernya yang kuat dan kayanya Ternate dengan sumber rempah-rempahan berharga.

Letak dan Pendiri Kerajaan Ternate

Secara geografis, Kerajaan Ternate terletak di Kepulauan Maluku. Lebih tepatnya berada di antara Pulau Irian Jaya dan Sulawesi. Di masa lalu, Kepulauan Maluku terkenal sebagai “The Spicy Island”. Julukan ini diberikan lantaran predikat Kepulauan Maluku sebagai penghasil terbesar; rempah di Indonesia.

Pada masa tersebut, rempah-rempahan memiliki nilai yang lebih tinggi daripada emas. Sehingga jalur perdagangan di Kepulauan Maluku juga disisipi oleh penyebaran agama Islam. Tentunya, kondisi tersebut juga berimbas pada kehidupan sosial, budaya, ekonomi, dan politik.

Kerajaan Ternate sendiri didirikan pada abad ke 12. Pendiri kerajaan ini adalah Baab Mashur Malamo yang memimpin kerajaan sejak tahun 1257 hingga tahun 1272.

Kehidupan Masyarakat dan Masa Kejayaan Kerajaan Ternate

a. Kehidupan Politik Kerajaan Ternate

Kehidupan politik Kerajaan Ternate dipimpin oleh Uli Lima (lima persaudaraan) yang terdiri dari perkumpulan antara Ternate dengan daerah-daerah sekitarnya. Sama-sama terletak di sebelah Barat Halmahera, Ternate pada dasarnya hampir memiliki kesamaan sistem dan kehidupan politik dengan Tidore.

Pada masa lalu, pandangan politik Ternate juga banyak dipengaruhi oleh Bangsa Portugis yang ternyata hanya mencari keuntungan dengan politik adu dombanya. Alhasil, antara wilayah Tidore dan Ternate sampat bersitegang di masa lalu; terutama dalam ranah politik.

b. Kehidupan Ekonomi Kerajaan Ternate

Perekonomian masyarakat Ternate banyak ditunjang oleh rempah-rempah dan perikanan sebagai sektor ekonomi utamanya. Memiliki tanah yang subur, wilayah Ternate banyak menghasilkan rempah seperti  pala dan cengkeh. Salah satu daerah penghasil rempah terkenal di Ternate adalah Kepulauan Banda.

Minat pasar terhadap rempah mulai terlihat pada awal abad ke 12 dengan banyak meningkatnya permintaan cengkeh. Perdagangan rempah di Ternate semakin meluas seiring dengan kecakapan  dengan anjurannya berdagang di luar Pulau Maluku.

Kemudian, perekonomian masyarakat juga ditunjang dengan melimpahnya hasil laut di Kepulauan Maluku. Terutama ikan jenis cakalang yang juga banyak diminati di pasaran.

c. Kehidupan Sosial Kerajaan Ternate

Kehidupan Sosial masyarakat Ternate sempat terombang-ambing lantaran konflik agama yang terjadi dalam skla sosial masyarakat. Seperti yang diketahui, dengan berdirinya Kerajaan Ternate mayoritas masyarakatnya merupakan pemeluk agama Islam.

Namun, ketika Bangsa Portugis yang datang untuk berdagang juga menyebarkan ajaran agama baru; Khatolik konflik sosial pun mulai terjadi. Portugis yang ingin mengambil kesempatan sempat mengadu domba pribumi dengan mereka yang menganut agama Khatolik bawaan Portugis.

Bahkan, ketika Belanda datang ke Maluku Belanda juga melakukan hal yang sama dengan menyebarluaskan agama Protestan. Alhasil dengan politik adu domba negara-negara asing tersebut, Kerajaan Ternate sampat mengalami krisis sosial lantaran terjadi perpecahan antara penganut agama Islam, Khatolik, dan Protestan.

d. Kehidupan Agama Kerajaan Ternate

Sesuai dengan namanya,  Kerajaan Ternate merupakan kerajaan Islam dengan mayoritas masyarakat pemeluk agama Islam. Meskipun demikian, setelah kedatangan Portugis dan Belanda ke Ternate, masyarakat juga mulai mengenal agama Khatolik dan juga Protestan.

e. Kehidupan Kebudayaan Kerajaan Ternate

Kehidupan kebudayaan masyarakat Ternate sehari-harinya banyak dipengaruhi oleh hukum-hukum Islam. Salah satu peristiwa yang menjadi bukti adalah pada saat dijalankannya sumpah perdamaian antara De Mesquita dengan Sultan Hirun. Perjanjian dilaksanakan dengan mengambil sumpah lewat Al-Qur’an.

Kentalnya pengaruh agama Islam juga dapat diamati dari bangunan serta peninggalan yang di daerah Ternate. Peninggalan ini seperti Masjid Sultan Ternate dan  Ternate.

Editor terkait:

Sistem dan Perkembangan Pemerintahan Kerajaan Ternate

Sistem pemerintahan Kerajaan Ternate merupakan kerajaan Islam yang menganut sistem demokrasi. Raja kerajaan pada pemerintahan di juluki sebagai Sultan. Secara garis besar, fungsi dari kerajaan hanya sebagai parlemen.

Posisi Sultan Ternate juga merupakan sebagai lembaga eksekutif dan legislatif dari Kerajaan Ternate. Lembaga eksekutif pada  Ternate juga dikenal dengan istilah Bobato Modopolo.

Bagian tersebut terdiri dari Jogugu (perdana mentri), Kapita Perang (mentri pertahanan dan keamanan), Kapita Lau (laksamana angkatan laut), Hukum Sao-Sio (menteri dalam negeri), Hukum Sangaji (menteri luar negeri), Tulilamo (menteri sekretaris negara), Bobato Delapan Belas, dan juga 18 anggota dewan lagislatif aktif.

Silsilah Raja-Raja Kerajaan Ternate

Berikut adalah silsilah Kolano dan Sultan Ternate hingga sekarang:

  1. Baab Mashur Malamo (1257 hingga1277)
  2. Jamin Qadrat (1277 hingga1284)
  3. Komala Abu Said (1284 hingga1298)
  4. Bakuku (1298 hingga1304)
  5. Ngara Malama (1304 hingga1317)
  6. Patsaranga Malamo (1317 hingga1322)
  7. Cili Aiya (1322 hingga1331)
  8. Panji Malamo (1343 hingga1332)
  9. Syah Alam (1332 hingga1343)
  10. Tulu Malamo (1343 hingga1347)
  11. Kie Mabiji (1347 hingga1350)
  12. Ngolo Macahaya (1350 hingga1357)
  13. Momole (1357 hingga1359)
  14. Gapi Malamo I (1359 hingga1372)
  15. Gapi Baguna I (1372 hingga1377)
  16. Komala Putu (1377 hingga1432)
  17. Marhum (1432 hingga1438)
  18. Zainal Abidin (1486 hingga1500)
  19. Sultan Bayanullah (1500 hingga1522)
  20. Hidayatullah (1522 hingga1529)
  21. Abu HayaT ii (1529 hingga1533)
  22. Tabariji (1533 hingga1534)
  23. Khairun Jamil (1535 hingga1570)
  24. Babullah Datu Syah (1570 hingga1583)
  25. Barakat Syah (1583 hingga1606)
  26. Mudaffar Syah I (1607 hingga1627)
  27. Hamzah (1627 hingga1648)
  28. Handarsyah (1655 hingga1675)
  29. Manila (1650 hingga1655)
  30. Mandarsyah (1655 hingga1675)
  31. Sibori (1675 hingga1689)
  32. Said Fatahullah (1689 hingga1714)
  33. Amir Iskandar Zulkarnain Syaifuddin (1714 hingga1751)
  34. Ayan Syah (1751 hingga1754)
  35. Syah Mardan (1755 hingga1763)
  36. Jalaluddin (1774 hingga1781)
  37. Harunsyah (1774 hingga1781)
  38. Achral (1781 hingga1796)
  39. Muhammad Yasin (1796 hingga1801)
  40. Muhammad Ali (1807 hingga1821)
  41. Muhammad Sarmoli (1821 hingga1823)
  42. Muhammad Zain (1823 hingga1859)
  43. Muhammad Arsyad (1859 hingga1876)
  44. Ayanhar (1879 hingga1900)
  45. Muhammad Ilham (1900 hingga1902)
  46. Haji Muhammad Usman Syah (1902 hingga1915)
  47. Iskandar Muhammad Jabir Syah (1929 hingga1975)
  48. Haju Mudaffar Syah (1975 hingga sekarang)

Masa Kejayaan Kerajaan Ternate

Puncak kejayaan Kerajaan Ternate berlangsung ketika kesultanan dipimpin oleh  Babullah Datu Syah (1570 – 1583). Babullah Datu Syah atau yang juga dikenal dengan Sultan Babullah merupakan sultan ke 24 dari Kesultanan Ternate. Pada masa pemerintahannya, wilayah Ternate mengalami perluasan di Sulawesi, Filipina, hingga Marshal.

Bahkan tercatat sebanyak 72 pulau kecil berpenghuni juga berhasil dikuasai oleh Sultan Babullah. Tak hanya itu, perang berkepanjangan dengan Portugis pun berhasil diatasi oleh Sultan Babullah. Kegiatan dagang rempah-rempah pun memasuki puncaknya hingga Ternate memperoleh predikat sebagai perdagangan jalur sutra yang mengalahkan jalur sutra Eropa.

Penyebab Keruntuhan Kerajaan Ternate

1. Keunggulan Ternate yang menimbulkan kecemburuan kerajaan lain

Pada awalnya terdapat empat kerajaan di Kepulauan Maluku. Keempat kerajaan tersebut antaranya Ternate, Bacan, Obi, dan Jailolo. Dari keempat kerajaan tersebut Kerajaan Ternate merupakan satu-satunya kerajaan yang unggul baik dari segi ekonomi maupun segi pemerintahan.

Hal ini kemudian menyebabkan kecemburuan sosial yang muncul diantara ketiga kerajaan lainnya. Sehingga keempat kerajaan tidak bisa menyatu melainkan berbalik memusuhi Ternate. Akhirnya, terjadilah perebutan kekuasaan akan komoditas rempah yang tidak bisa dihindari.

2. Politik Adu Domba

Sebagai daerah penghasil rempah-rempah terbesar, Maluku juga dipenuhi dengan bangsa negara asing yang datang untuk berdagang. Namun, ternyata bangsa Portugis dan Spanyol yang berdagang disana bertujuan untuk memonopoli hasil rempah-rempahan dari Maluku.

Melancarkan tujuan ini, Spanyol dan Portugis pun mengadu domba Ternate dengan Tidore. Hingga akhirnya pecahlah perseteruan diantara Ternate dan Tidore. Tentunya dari perselisihan ini pihak Spanyol dan Portugis diuntungkan karena dapat memonopoli perdagangan rempah-rempah.

3. Perseteruan Ternate Tidore

Perseteruan yang terjadi antara Ternate dan Tidore berlangsung cukup lama. Perseteruan terjadi lantaran masing-masing daerah berambisi mengusai sektor lajur perdagangan rempah di Kepulauan Maluku. Konflik diantara keduanya pun sempat berakhir sementara dengan diadakannya perjanjian damai di Pulau Mortir.

Namun, perjanjian damai tersebut tak berlangsung lama. Lantaran kedua kerajaan membentuk persekutuan dengan daerah-daerah tertentu dalam perdagangan rempah. Kerajaan Tidore bersekutu dengan 9 daerah, meliputi pulau-pulau antara Hamahera hingga Papua Barat, Soe-Siu, Jailolo, dan Makayan.

Disatu sisi, Kerajaan Ternate juga membentuk aliansinya sendiri dengan mengumpulkan 5 daerah. Daerah  dalam perkumpulan antaranya Ambon, Seram, Bacan, dan Obi. Perkumpulan lima daerah ini kemudian dikenal dengan sebuatan Uli Lima.

Editor terkait:

Prasasti dan Bukti Peninggalan Kerajaan Ternate

1. Masjid Sultan Ternate

Bukti peninggalan Kerajaan Ternate adalah Masjid Sultan Ternate. Catatan sejarah menyatakan bahwa masjid ini telah dibangun sejak masa pemerintahan Sultan Zainal Abidin (raja ke 18). Meskipun demikian, hingga saat ini masih belum ditemukan catatan berkaitan tentang tahun awal pendirian masjid ini.

Hingga saat ini masyarakat Ternate masih mempergunakan Masjid Sultan Ternate ini untuk beribadah. Bahkan, masyarakat masih meneladani tradisi Kolona Uci Sabea yang dilaksanakan pada bulan Ramdhan tepatnya di malam ke 16.

2. Benteng Tolukko

Benteng Tolukko juga dikenal dengan sebutan Benteng Hollandia. Benteng ini didirikan oleh seorang kebangsaan Portugis bernama Fransisco Serrao pada tahun 1540. Tujuan awal pembentukan benteng ini tidak lain adalah sebagai markas pertahanan.

Markas pertahanan di Benteng Tolukko ini juga merupakan tempat berlindung dari serangan Spanyol yang pada waktu itu sama-sama berada di Maluku. Letak benteng ini pun bisa dibilang sangat strategis lantaran berada di perbukitan tinggi dan dekat dengan perairan. Sehingga sangat cocok dijadikan sebagai tempat pengintaian.

3. Keraton Kesultanan Ternate

Bangunan bersejarah yang menjadi bukti  kebudayaan Kerajaan Ternate adalah Keraton Kesultanan Ternate. Keraton Ternate berada di pusat Kota Ternate. Bangunannya tercatat sebagai bangunan keraton yang terinspirasi dari gaya arsitektur Tiongkok dan budaya lokal.

Interior bangunan Kesultanan Ternate juga dibangun menggunakan benda-benda berbalut emas. Hal ini menandakan bahwa dimasa lalu Kesultanan ini merupakan kerajaan yang besar dan jaya.

4. Makam Sultan Baabullah

Salah satu peninggalan Kerajaan Ternate yang selalu ramai dikunjungi oleh para peziarah adalah Makam Sultan Baabullah. Sultan Baabullah merupakan raja ke 24 yang terkenal dengan julukannya sebagai sultan 27 pulau. Pada akhir hayatnya, sang sultan disemayamkan di puncak bukit Foramadiahi yang berlokasi di Desa Foramadiahi (kampung tertua di Ternate) dekat dengan lereng Gunung Galamalam.

Baca juga kumpulan materi tentang Sejarah Kerajaan atau materi menarik lainnya di Coinone