Pendiri Kerajaan Aceh: Sejarah, Letak, Raja-raja, Keruntuhan dan Peninggalan

Asal Usul dan Sejarah Singkat Kerajaan Aceh

Kerajaan Aceh merupakan salah satu kesultanan yang pernah berdiri di tanah nusantara. Negeri yang pernah meninggali bagian paling barat Indonesia tersebut merupakan salah satu kerajaan besar dalam sejarah bangsa ini. Terdapat beberapa peninggalan yang membuktikan bahwa kerajaan tersebut pernah ada di wilayah serambi Mekah.

Seiring perkembangannya, kerajaan tersebut mampu menaklukan beberapa area di sekitarnya. Pemerintahannya mampu bertahan selama berabad-abad lamanya dan menjadikannya sebagai salah satu daftar kekaisaran terlama yang pernah ada di tanah air.

Letak dan Pendiri Kerajaan Aceh

Aceh Darussalam dahulu berada di ujung pulau Andalas yang berpapasan langsung dengan Samudera Hindia. Letaknya berada tepat di pintu masuk kapal-kapal yang hilir mudik ke berbagai wilayah di nusantara. Sekarang ini, lokasi pastinya ada di Provinsi yang bernama sama dengan kesultanan tersebut. Posisinya yang berada di dekat Selat Malaka membuatnya begitu strategis.

Kerajaan Aceh dibangun oleh pemimpin pertamanya, yakni Ali Mughayat Syah. Ia telah berjaya dalam mengambil alih beberapa daerah di sekitarnya sehingga akhirnya terbentuklah kesultanan itu. Awal kekuasaannya lebih kecil dan termasuk dari pemerintahan sebelumnya, yaitu Lamuri. Pada akhir abad ke 14, negeri tersebut terbentuk dan menjadi salah satu kekuasaan berwibawa yang pernah ada.

Kehidupan Kerajaan Aceh

1. Kehidupan Politik Kerajaan Aceh

Kekuasaan kerajaan tersebut diatur oleh seorang penguasa yang disebut sebagai sultan. Seluruh kehidupan di sana dilaksanakan menganut ajaran agama Islam. Oleh sebab itulah, berbagai keputusan banyak dipengaruhi oleh pemimpinnya. Sang sultan banyak menjalin hubungan politik dengan negara-negara Islam di timur tengah dan sangat amat menolak pendudukan Portugis kala itu.

Pusat pemerintahannya dulu berada di kawasan bernama Gampong Pande. Namun, pada abad ke-18 dipindahkan ke salah satu desa yang berada di Pidie. Istana yang dahulu ditinggali oleh raja, sekarang menjadi Balai yang ditempati oleh Gubernur Provinsi tersebut.

2. Kehidupan Ekonomi Kerajaan Aceh

Masyarakat Kerajaan Aceh mampu mengelola lahannya sehingga menghasilkan salah satu bumbu dapur utama yang banyak dicari oleh bangsa barat. Hasil alam yang menjadi unggulannya yaitu lada hitam. Namun, kemajuan pola pikir warganya juga mempengaruhi pengelolaan tanah di sana. Selain lada yang menjadikannya populer, ada beberapa komoditas lainnya.

Daerah tersebut sejak lama digadang-gadang memiliki kandungan emas. Oleh sebab itulah, pada masa Kerajaan Aceh telah dibangun pertambangan untuk mengeksplorasi kandungan bumi tersebut di daerah selatan. Selain itu, pada lokasi yang sama juga ditemukan minyak tanah. Belerang dan kapur juga menjadi salah satu hasil alam yang diekspor ke negara lain.

Kemajuan ekonominya tidak berhenti disitu. Aceh mampu untuk menghasilkan kain sutra yang sangat diminati oleh berbagai orang di seluruh belahan bumi, terutama daerah di India yang bernama Gujarat. Oleh sebab itu, beberapa saudagar dari sana ikut berdagang menuju tanah tersebut dan tidak sedikit yang memutuskan untuk tinggal dan menetap sehingga akhirnya memiliki keturunan di Aceh.

Salah seorang pemimpinnya yang cukup masyur menciptakan sistem pembayaran modern bagi warga kerajaannya. Ia membentuk sebuah mata uang berupa keping-keping logam yang digunakan masyarakatnya untuk bertransaksi. Kursnya pada saat itu juga mampu menandingi mata uang negeri lainnya, salah satunya uang yang dibawa sekaligus dikenalkan oleh bangsa Portugis.

3. Kehidupan Sosial Kerajaan Aceh

Dengan lokasinya yang berada di jalan masuk perdagangan Internasional, membuat aktivitas sosialnya sangat beraneka macam. Kegiatan warganya berkembang cepat karena banyaknya hubungan dengan orang-orang bangsa lain. Bermunculan beberapa etnis baru hasil perkawinan dari beberapa ras yang ada di sana.

Pandangan pihak istana terhadap kepercayaan sangat tinggi, sehingga membuatnya banyak berkomunikasi dengan bangsa-bangsa Islam lainnya. Walaupun begitu, pedagang dari latar belakang lain pun juga disambut oleh Kerajaan Aceh. Hal itu disebabkan karena dalam kepercayaan Islam tidak mengenal penggolongan masyarakat dan pembedaan-pembedaan yang lainnya.

4. Kehidupan Agama Kerajaan Aceh

Agama menjadi landasan penting kerajaan yang bertahan sekitar empat abad tersebut. Semua Sultannya memberikan porsi penting bagi para pemuka agama agar dapat menyebarkan ajaran Islam ke seluruh masyarakat. Para Sufi juga dibukakan pintu yang lebar untuk mengarahkan orang-orang kepada agama Islam. Hukum yang dianut pun juga mengikuti syariat agama.

Kepercayaan menjadi ciri khas kesultanan tersebut hingga menghasilkan beragam peninggalan yang memiliki corak agama. Beberapa kitab yang diwariskan hingga sekarang ini ditulis dengan menggunakan tulisan Arab dan berbahasa Melayu.

5. Kehidupan Budaya Kerajaan Aceh

Dengan hukum Islam yang ditegakkan sangat ketat, kebiasaan saat menobatkan seorang pemimpin beserta dengan penasehatnya melibatkan tokoh-tokoh agama. Dikutip dari salah satu aturan yang cukup terkenal kala itu, seorang raja ditasbihkan oleh perdana menteri dan juga banyak ulama.

Kerajaan Aceh meninggalkan beberapa bangunan berupa istana serta benteng-benteng. Banyak diantaranya telah hangus akibat perang yang dahulu terjadi di wilayahnya. Sebagai kesultanan yang memegang teguh kepercayaan, tempat ibadah juga pastinya diwariskan turun-temurun. Beberapa masjid yang sampai sekarang berdiri merupakan bukti jejak pemerintahannya.

Editor terkait:

Sistem dan Perkembangan Pemerintahan Kerajaan Aceh

Sistem yang digunakan pada pemerintahannya mengikuti ajaran Islam. Hukum-hukum yang berlaku serta seluruh kebijakan yang diambil tunduk pada agama. Sejak awal terbentuknya, kerajaan tersebut berkembang cukup cepat hingga mampu menyebarkan eksistensinya ke seluruh penjuru dunia. Pada masa Iskandar Muda, eksistensi Kerajaan Aceh dikenal hingga ke benua biru Eropa.

Aceh maju karena melakukan beberapa pengembangan di berbagai sektor. Pemilihan lokasi pusat kerajaannya sangat pas karena berada di salah satu jalur mobilisasi orang-orang yang hendak melakukan jual-beli antar pulau. Dengan jatuhnya bangsa Melayu di Malaka ke tangan kolonial Eropa membuat arus jual-beli pindah ke sana. Tempat berlabuh kapal di sana luas dan memadai.

Silsilah Raja Kerajaan Aceh

1. Ali Mughayat Syah

Penguasa pertama kali kesultanan tersebut merupakan sosok yang berandil dalam pelepasan sebagian wilayah kekuasaan Pedir sehingga lahirlah Kerajaan Aceh tersebut. Tidak membutuhkan waktu yang lama baginya untuk menguasai beberapa area di sekitarnya seperti Pasai dan juga Daya.

Setahun sebelum dirinya meninggal, ia berani melawan pasukan Portugis yang ada di perairan dekatnya. Ia berkuasa selama beberapa puluh tahun dan dapat mengantarkan pemerintahannya menuju fase perkembangan yang lebih baik lagi.

2. Alauddin Ri’ayat Syah

Setelah meninggalnya Raja Ali, tonggak kepemimpinan beralih ke sultan yang satu ini. Sama seperti pemimpin sebelumnya, dibawah tangannya ia mampu mengantarkan kerajaan tersebut semakin maju dan tentunya luas. Banyak wilayah yang ada di sekitarnya mampu untuk ditaklukkan. Beberapa diantaranya yaitu Batak, Barus, serta Aru.

Untuk mencegah adanya konflik antar anggota istana kerajaan, dia mampu menyusun strategi yang cukup cemerlang. Kakak dan juga adiknya ditempatkan pada daerah-daerah baru yang dikuasai untuk dijadikan pemimpin di sana. Perebutan kekuasaan pun tidak terjadi karena adanya kebijakan tersebut.

Kepemimpinannya bisa dikatakan berhasil karena mampu melakukan kerja sama dengan beberapa negara lain, salah satunya yaitu Kekaisaran Otoman Turki. Pasukan Kerajaan Aceh di bawah kekuasaannya semakin bertambah kuat seiring dengan kerja sama yang dilakukan dengan masyarakat Timur Tengah.

3. Ibnu Munawar Syah

Nama panjangnya sebenarnya hampir sama dengan pemimpin sebelumnya, namun memiliki sebutan tambahan tersebut karena merupakan putra dari Munawar Syah. Pada masanya, Aceh memperbolehkan perdagangan dengan negara-negara di Benua Biru. Bangsa Portugis bahkan Britania Raya menggunakan kesempatan ini untuk menjalin komunikasi dengan mereka.

4. Iskandar Muda

Ia merupakan seorang sultan yang berhasil menghantarkan Kerajaan Aceh mencapai masa-masa kejayaannya. Beragam kebijakan dibuat dibawah komandonya sehingga mampu membuat negeri tersebut semakin maju. Pandangannya mengenai sistem keuangan membuat Aceh memiliki uang sendiri, namun bisa digunakan untuk transaksi antar negara pada saat itu.

Sebagai raja terbesar yang pernah dimiliki oleh Aceh, Iskandar Muda memperkuat berbagai unsur sosial di dalam masyarakat. Tidak hanya angkatan tempurnya saja, namun juga kepercayaan dalam masyarakat.

Memperkuat keimanan warganya, menjadi salah satu prioritas baginya. Oleh sebab itulah agama menjadi dikenal luas dan baik oleh setiap orang. Ia berkuasa kurang lebih 30 tahun dan meninggal pada pertengahan abad ke-16.

5. Iskandar Thani

Seusai masa emas Kerajaan Aceh, kendali dipegang oleh buah hati dari sang sultan terbesarnya yang pernah ada. Ia disinyalir tidak mampu menjaga eksistensi kerajaan terutama dibawah pengaruh orang-orang Eropa yang semakin hari bertambah ingin untuk menguasai seluruh negeri di nusantara.

Bahkan ketika VOC telah Berjaya dalam mengambil kendali di Malaka, ia tidak mampu bertindak sepatutnya agar pemerintahan dapat bertahan. Beberapa lokasi telah mampu direbut oleh pihak penjajah dan akhirnya ia pun meninggal namun tidak mewariskan putra mahkota.

Masa Kejayaan Kerajaan Aceh

Seperti penjelasan sebelumnya, masa-masa paling menggembirakan bagi pemerintahan Aceh yaitu ketika dibawah kendali salah seorang sultannya yang begitu fenomenal. Dengan berbagai komunikasi bersama kerajaan lainnya di luar negeri, ia mampu memperoleh sejumlah dukungan. Salah satu bentuknya yaitu tentara perang sehingga memang saat itu kerajaan ini begitu kuat.

Perdagangan juga menjadi salah satu faktor mengapa pada saat ia memimpin, Kerajaan Aceh mendapatkan label kejayaannya. Sultan yang memiliki sebuta Meukuta Alam tersebut juga mampu menjembatani pemerintahannya dalam mendapatkan salah satu lokasi yang kaya akan hasil tambang timah.

Editor terkait:

Penyebab Runtuhnya Kerajaan Aceh

Setelah kesultanan tersebut meraih waktu emasnya, tepat setelah pergantian penguasa, Aceh mulai menunjukkan tanda-tanda kemelosotan. Hal tersebut karena sang putra mahkota yang memerintah tidak mampu mengemban amanah baik tersebut. Dengan wilayah yang begitu luas setelah adanya beragam penaklukkan, ia tidak dapat menggenggam semua kawasan yang menjadi tanggungannya.

Situasi menjadi semakin buruk karena hadirnya pemerintahan yang dipegang oleh para saudagar-saudagar Belanda, yaitu VOC. Ketika banyak daerah telah diambil oleh penjajah, Kerajaan Aceh seringkali diserang oleh kekuasaan lainnya. Pastinya invasi itu merupakan usaha pihak kolonial.

Prasasti dan Bukti Peninggalan Kerajaan Aceh

1. Makam Raja

Salah satu warisan yang hingga saat ini bisa dinikmati adalah tempat bersemayam jasad sultannya yang paling masyur. Maka tersebut berada di sekitar istana yang dulu dipakainya untuk tinggal.

2. Hikayat

Kemajuan bahasa pada eranya juga meninggalkan beberapa karya yang bisa dinikmati sampai sekarang. Beberapa epos bisa dengan leluasa dinikmati untuk mendapatkan pandangan terkait masa itu. Salah satunya yaitu cerita tentang para penguasanya.

3. Masjid Baiturahman

Bangunan tempat ibadah umat Islam bekas Kerajaan Aceh tersebut sudah dikenal oleh beragam orang di berbagai wilayah. Tempat sembahyang tersebut sempat dihanguskan oleh penjajah, akan tetapi didirikan ulang agar warga di seputar tempatnya tidak marah.

Baca juga kumpulan materi tentang Sejarah Kerajaan atau materi menarik lainnya di Coinone