Asal Usul dan Sejarah Singkat Kerajaan Banten
Keberadaan Kerajaan Banten disinyalir berhubungan dengan pemerintahan dari Demak. Raja pertamanya merupakan keturunan atau anak kandung dari panglima Demak. Sebelum berdiri sendiri menjadi satu pemerintahan yang mandiri dan berbasis islam merupakan bagian dari kerajaan Sunda yang notabene berbasis Hindu.
pengaruh perluasan antara kesultanan Cirebon dan juga demak pada sekitar tahun 1526 menjadi awal terbentuknya. Setelah berdiri dan berhasil mempertahankan kekuasaannya selama 3 abad lamanya, dan pada akhirnya menemui masa kemunduran karena adanya perang saudara.
Letak dan Pendiri Kerajaan Banten
Kerajaan Banten didirikan oleh Sunan Gunung Jati pada tahun 1526, berlokasi di sekitar daerah kerajaan sunda. bila saat ini secara geografis berada di wilayah Banten. Ibu kotanya terletak di wilayah Banten lama, Kota Serang. Bertahan selama kurun waktu 3 abad dengan beberapa pergantian pemimpin.
Kehidupan Kerajaan Banten
1. Kehidupan Politik Kerajaan Banten
Kehidupan politik yang ada di Kerajaan Banten sudah termasuk dalam kategori mapan. Pemerintahan dengan sistem berdasarkan konsep ajaran islam menjadi pilar utama dalam menjalankan pemerintahan. Seperti diketahui bersama raja pertamanya merupakan seorang keturunan dari panglima Demak yang juga Wali.
Dengan sistem politik yang banyak melakukan diplomasi, perluasan wilayah bukan hak yang mustahil. Bahkan bisa dikatakan bahwa kemajuan daerahnya sangatlah cepat serta pesat terjadi. Perluasan dan pemberdayaan terus dilakukan hingga pada masanya menemukan keruntuhannya karena adu domba dari Belanda.
2. Kehidupan Ekonomi Kerajaan Banten
Sebagai daerah yang memiliki kestabilan politik, secara ekonomi pun berlaku sama. Menjadi pusat perdagangan. Transaksi internasional dan lokal terjadi di sebagai salah satu sumber penghasil utama pendapatan daerah.
Berbagai hubungan bilateral dilakukan untuk mendapatkan keuntungan dan memperluas jangkauan. Lada merupakan komoditas utama yang menjadi andalan utama, selain menjadi perantara dari perdagangan antar negara lain.
3. Kehidupan Sosial Kerajaan Banten
Kehidupan sosial masyarakatnya dipengaruhi oleh sistem ekonomi dan politik yang berlaku di sana. Semua sistem masyarakat yang berlaku teraplikasi dengan sangat teratur. Kebijakan yang dibuat juga disesuaikan dengan keragaman suku bangsa tinggal di sana.
Kerukunan bermasyarakat terjalin dengan baik tanpa memandang status sosialnya. Namun, warga yang fanatic dengan Kerajaan Padjajaran tidak bisa beralih hati dan mengikuti pemerintahan n baru tersebut. Sehingga mereka memilih untuk berpindah ke daerah pedalaman dan membangun kelompok baru yang saat ini dikenal senal kaum Badui.
4. Kehidupan Agama Kerajaan Banten
Pengaruh dari konsep ajaran Islam terlihat sangat kuat dalam sendi-sendi kehidupan sosial masyarakat yang ada di Kerajaan Banten. Penyebarannya yang begitu pesat mampu mendominasi kepercayaan sebelumnya. Bahkan bisa dikatakan telah berhasil mengislamisasi hampir seluruh daerah Banten.
Adanya perkampungan arab juga menjadi satu faktor utamanya. Meskipun mayoritas beragam islam, namun toleransi antar pemegang ajaran lain tetap terjalin dengan baik. Dibuktikan dengan peninggalan berupa Vihara yang tetap berdiri kokoh hingga saat ini.
5. Kehidupan Budaya Kerajaan Banten
Kebudayaan yang ada di sana mengalami percampuran dengan budaya dari luar yang disebarkan melalui jalur perdagangan. Hal ini terjadi karena memang Kerajaan Banten menjadikan kegiatan maritim menjadi sumber utama penghasilan wilayahnya.
Saat dulu menjadi daerah kekuasaan Padjajaran pengaruh India dalam budaya Hindu Budha lebih kental, hingga akhirnya pedagang Arab datang membawa ajaran islam di dalamnya. Kemudian pengaruhnya melebar masuk dalam sendir-sendi politk, sosial dan juga budayanya.
Editor terkait:
Sistem dan Perkembangan Pemerintahan Kerajaan Banten
Perkembangan sistem pemerintahan sangat solid dengan dasar utama nilai islam. Dengan dasar tersebut kemudian Kerajaan Banten menggunakan gelar Sultan untuk pemimpinnya. Sistem hirarki kerajaan yang dianut menggunakan pemangkatan Pangeran Ratu, Pangeran Gusti, Adipati, dan juga Anom, dimana kesemuanya disandangkan pada pewaris selanjutnya.
Pembagian atas kerja administratif dalam sistem pemerintahannya dibuat meliputi mangkubumi, Patih, Syahbandar, dan juga ada kadi. Sedangkan untuk keluarga yang berasal dari unsur bangsawan juga mendapat pangkat dengan sebutan Sayyid, Ratu ataupun Tubagus. Semua dilakukan dengan sistem politik Feodal atau diwariskan kepada pewaris selanjutnya dengan garis keturunan yang ditentukan.
Silsilah Raja Kerajaan Banten
1. Sultan Maulana Hasanuddin (1552-1570 M)
Raja Banten pertama yang merupakan anak dari panglima Demak bernama syarif hidayatullah atau sunan gunung jati. Memerintah dan berkuasa atas kerajaan tersebut selama kurun waktu 18 tahu, mulai dari tahun 1552-157. Pencapaian yang dilakukan yaitu penguasaan atas rempah-rempah di daerah Lampung.
2. Maulana Yusuf (1570-1580)
Memerintah dari tahun 1570 sampai dengan 1580 M yaitu selama 10 tahun jabatan. Pencapaian yang dilakukan yaitu penaklukan kerajaan Padjajaran yang saat ini adalah daerah Bogor. Prabu Sedah juga berhasil dibuatnya bertekuk lutut dan menyingkirkan dari kedudukannya saat itu.
3. Maulana Muhammad (1580-1596)
Memerintah Kerajaan Banten pada sekitar tahun 1580-1596, sayangnya pemerintahannya tidak sepenuhnya dilakukan olehnya karenanya yang masih muda. Sebelum menginjak masa dewasa dibantu oleh seorang mangkubumi untuk mewakilinya dalam urusan politik kerajaan.
4. Pangeran Ratu Abdul Mufakhir (1596-1651)
Kedudukan dan gelar sultan diperolehnya sejak usia 5 bulan. Ujian terberat dai kepemimpinannya adalah keberadaan Belanda yang pada saat itu mendaratkan kakinya pertama di daerah Banten.Pertahanan dan perlawanan dilakukan untuk melindungi wilayah kekuasaannya dibantu oleh seorang mangkubumi.
5. Sultan Abu al Ma’ali Ahmad (1647-1651)
Sultan Abu al Ma’ali Ahmad menggantikan kedudukan Ratu Abdul Mufakhir yang berkuasa sebelumnya. Beliau adalah keturunan langsung dari sultan sebelumnya. Menjabat dari tahun 1647 sampai dengan 1651.
6. Sultan Ageng Tirtayasa (1651-1682)
Di bawah kepemimpinannya Banten mengalami masa puncak keemasannya. Perluasan wilayah dan perkembangan ekonomi terjadi begitu pesat. Namun, di sini juga menjadi awal munculnya perang saudara sebagai faktor kehancuran kerajaan.
7. Sultan Haji (1683-1687)
Masa Kejayaan Kerajaan Banten
Masa kejayaan Kerajaan Banten terjadi saat di bawah kepemimpinan Sultan Ageng Tirtayasa atau yang bernama asli Abu Fath Abdul fatah. Sistem pemerintahan yang digunakan berhasil membangun perekonomian yang maju secara pesat dari sebelumnya. Dengan memaksimalkan pelabuhan Internasional sebagai poros monopoli perdagangan maritimnya, ekonominya pun semakin kokoh.
Hubungan politik juga dibangun secara meluas dengan skala internasional melalui jalur perdagangannya . Beberapa utusan dikirim untuk melakukan perjanjian diplomatik dengan kerajaan Inggris. Perluasan di dalam negeri atas wilayah kekuasaannya juga terus dilakukan hingga berhasil mengambil alih tahta dari kerajaan Mataram.
Hubungan bernegara dengan negara Eropa dan juga beberapa wilayah kerajaan di Indonesia dibangun dengan baik olehnya, sehingga banyak yang mengatakan bahwa ini adalah masa keemasan Kerajaan Banten.
Penyebab Runtuhnya Kerajaan Banten
Penolakan yang diterima oleh Belanda berujung pada upaya adu domba yang ditujukan pada keluarga inti kerajaan. Hingga akhirnya mencapai puncak yang memanas antar Sultan Ageng dan putranya dalam perebutan kekuasaan. Sultan Haji yang saat itu ingin sekali menduduki posisi Sang Ayah, berkompromi dengan Belanda dan dimanfaatkan oleh pihak sekutu.
Perang saudara akhirnya terjadi dalam tubuh Kerajaan Banten pada masa itu. Tepat pada tahu 1682 Sultan Haji meminta bantuan persenjataan dari Inggris dan melakukan perlawanan. Karena merasa terpojokkan dan tidak bisa melakukan perlawanan lagi, akhirnya Sultan Ageng dipaksa untuk mundur dari jabatannya. Diputuskan untuk berpindah ke wilayah Titayasan untuk melarikan diri.
Editor terkait:
Prasasti dan Bukti Peninggalan Kerajaan Banten
1. Istana Keraton Kalibon Banten
Peninggalan yang menjadi sisa-sisa kemegahan Kerajaan Banten ini bernama Istana Keraton Kalibon Banten. Tempat ini merupakan rumah atau lokasi yang dijadikan oleh ibunda dari Sultan Syarifudin tinggal dan menetap bersama dengan Ratu Aisyah.
Penyerangan yang dilakukan oleh Belanda dipimpin oleh Deandles membuat struktur bangunannya hancur. Saat ini hanya tersisa reruntuhan bangunannya , tentunya dengan kisah menarik yang dibagun di dalamnya.
2. Benteng Speelwijk
Benteng Speelwijk merupakan bangunan berbentuk tembok dengan tinggi 3 meter menjadi saksi bisu atas kokohnya sistem maritim pada masa itu. Diperkirakan dibangun sekitar tahun 1585 dengan fungsi utama sebagai alat pertahanan. Namun, pada penggunaannya juga dimanfaatkan sebagai tempat untuk melakukan pengawasan akan aktivitas pelayaran yang berada di selat sunda.
Jika Anda melakukan kunjungan ke tempat ini akan ditemukan sebuah meriam tua yang berada tepat di bagian dalam bangunannya Selain itu juga terdapat sebuah terowongan sebagai penghubung menuju ke Keraton Surosowan.
3. Vihara Avalokitesvara
Nuansa Islami memang sangat kental di sistem pemerintahan dan unsur-unsur Kerajaan Banten, namun bukan berarti tingkat toleransi pada masa itu tidak diterapkan dengan baik. Pasalnya dengan keberadaan Vihara Avalokitesvara menjadi satu bukti bahwa kehidupan beragamnya damai dan saling menghormati dengan yang memilih keyakinan lain.
Viraha ini hingga sekarang masih bisa dikunjungi dan berdiri kokoh sebagai satu peninggalan bersejarah lainnya. Keindahan arsitektur dengan relief hiasan pada tembok menambah daya tariknya. Selain menikmati keindahan juga bisa sekaligus belajar tentang sejarah yang pernah berlangsung.
5. Istana keraton Surosowan Banten
Istana Keraton Surosowan merupakan tempat tinggal dari Sultan-Sultan yang pernah menduduki kekuasaan Kerajaan Banten pada masa itu. Tempat ini juga dijadikan sebagai pusat dari pemerintahan yang ada. Tentunya terdapat banyak cerita yang terbangun di dalamnya.
Namun sayang sekali saat ini nasibnya sama dengan keraton Kaibon yang hanya tersisa dalam bentuk puing reruntuhan saja. Karena penyerangan yang sempat menghancurkan bagian-bagian bangunannya sehingga kondisi gedungnya tidak utuh lagi.
6. Masjid Agung Banten
Peninggalan yang satu ini sudah pasti banyak di dengan oleh Anda sebelumnya, pasalnya keberadaannya juga menjadi satu ikon yang banyak mendapat kunjungan hingga saat ini. Bahkan masih tetap difungsikan sebagaimana mestinya.
Didirikan tepat pada sekitar tahun 1652 dimana pada saat itu Sultan Maulana Hasanuddin yang menduduki posisi kepemimpinan. Letaknya berada di Desa Banten lama berada sekitar 10 Km dari ara utara Kota Serang. Corak yang dimilikinya sangat unik dengar nilai historis yang kental.
7. Danau Tasikardi
Saat Sultan Maulana Yusuf menjabat dibuatlah sebuah danau yang diberi nama Tasikardi. Luas yang dimilikinya berada pada ukuran 5 hektar dengan dilapisi oleh ubin dan juga batu bata. Pembuatannya di awal difungsikan sebagai sumber utama untuk pasokan air bagi keluarga Kerajaan Banten yang berada di istana Kaibon. Namun selain itu juga digunakan untuk irigasi persawahan yang ada di sekitarnya.
Seiring dengan berjalannya waktu, luas mengalami sebuah penyusutan. Kondisi tersebut terjadi karena bagian lapisan dasarnya yang terbuat dari batu bata mengalami penimbunan oleh sedimen tanah yang dibawa oleh arus sungai.