Pendiri Kerajaan Cirebon: Sejarah, Letak, Raja-raja, Keruntuhan dan Peninggalan

Asal Usul dan Sejarah Singkat Kerajaan Cirebon

Di salah satu wilayah yang ada di Jawa Barat, terdapat sebuah kerajaan yang cukup terkenal di kalangan masyarakat. Kerajaan tersebut adalah Cirebon dengan corak khasnya yang memikat perhatian banyak orang. Keunikannya dari Kerajaan Cirebon sendiri dipengaruhi oleh berbagai faktor, salah satunya lokasi serta keyakinan yang dipegang teguh dalam pemerintahannya.

Dahulu tempat tersebut merupakan salah satu desa mungil yang ada di perbatasan antar dua budaya besar. Pertemuan antara budaya Jawa dan Sunda dapat dilihat dengan jelas pada kerajaan tersebut. Meskipun demikian, ternyata Cirebon mengkombinasikan kedua kultur tersebut dan menghasilkan suatu budaya yang baru dengan coraknya sendiri.

Dengan letaknya yang berada di dekat dengan pantai, banyak masyarakat Kerajaan Cirebon yang menghidupi dirinya dengan memburu ikan. Namun seiring perkembangannya, muncul aktivitas ekonomi yang lain dari masyarakatnya. Salah satunya yaitu petani garam dan juga penangkap udang-udang berukuran kecil. Dengan hal itu, mereka juga mampu membuat terasi khas daerah tersebut.

Sisa produksi terasi tersebutlah yang membuat sebutan dari kerajaan Islam tersebut. Air disebut sebagai cai dan udang kecil seringkali disebut sebagai rebon. Itulah sebabnya tidak sedikit yang menamakan kawasan tersebut dengan “Cirebon”.

Letak dan Pendiri Kerajaan Cirebon

Lokasi Kerajaan Cirebon sangat strategis karena menyatukan dua daerah besar yang ada di Jawa. Letaknya berada di pesisir utara tepatnya di tengah-tengah pulau penting di nusantara tersebut. Mobilitas para pedagang yang beroperasi di wilayah Indonesia pada jaman dahulu seringkali melewati kesultanan itu.

Sosok yang berandil besar dalam membuat kawasan tersebut menjadi lebih besar yaitu Ki Gedeng. Ia mengembangkan area tersebut dari sebuah padukuhan menjadi desa yang lebih maju. Seiring berjalannya waktu, tempat tersebut ramai dikunjungi oleh orang-orang sehingga terbentuklah masyarakat yang lebih luas lagi.

Ia mempunyai anak perempuan yang bernama Subanglarang dan menikah dengan seorang raja dari Padjajaran. Putra sulung hasil perkawinan keduanya bernama Raden Cakrabuana. Dia dipercaya sebagai sosok yang pertama kali mendirikan Kerajaan Cirebon. Sebenarnya dia adalah penerus yang sah dari tahta Padjajaran, namun tidak dapat naik karena kepercayaannya berbeda.

Ia mendatangi wilayah bernama Kebon yang berada di pesisir dan akhirnya terbentuklah secara perlahan-lahan sebuah kesultanan yang baru. Sesudahnya ia melakukan ibadah Haji, ia disebut sebagai Abdullah Iman dan memerintah keraton Pakungwati dan aktif berdakwah.

Kehidupan Kerajaan Cirebon

1. Kehidupan Politik Kerajaan Cirebon

Sama halnya dengan penjelasan sebelumnya, kerajaan tersebut dibentuk oleh seorang yang bernama Walangsungsang atau akrab dipanggil Cakrabuana. Akan tetapi salah satu walisongo yang ada di pulau Jawa, yaitu Sunan Gunungjati, yang mampu mengembangkan wilayah tersebut hingga menjadi sebuah kerajaan.

Ia pun juga pada akhirnya membawa pengaruh ajaran Islam ke berbagai penjuru di luar kesultanan itu. Kerajaan Padjajaran sebagai salah satu pemerintahan terkuat yang ada di dekatnya, menjadi incaran dakwah tersebut. Hal tersebut juga dikarenakan fakta bahwa sebenarnya kedua kekuasaan tersebut masih bersaudara dekat.

Setelah beliau wafat, tonggak kepemimpinan dilanjutkan oleh cucunya dengan gelar Panembahan Ratu. Pada masa tersebut, Cirebon banyak mendapatkan pengaruh dari Kerajaan Mataram. Akan tetapi itu tidak mempengaruhi kerja sama yang sudah terjalin erat karena Mataram tidak berniat untuk menguasainya. Justru Mataram meyakini bahwa mereka adalah orang terpuji karena memeluk Islam.

2. Kehidupan Ekonomi Kerajaan Cirebon

Banyak dari warganya berprofesi sebagai nelayan ataupun mata pencaharian lainnya yang berkaitan dengan lautan. Hal ini memang didukung dari fakta bahwa kawasannya ada di sekitar pantai utara Pulau Jawa.

Selain itu, masyarakat Kerajaan Cirebon juga aktif melakukan transaksi jual-beli dengan berbagai pihak di luar wilayahnya. Dengan mudahnya akses menuju ke berbagai tempat dengan lautan, memang ini tidaklah sesuatu yang cukup menyulitkan mereka.

Namun, semua itu berupa drastis tatkala penjajah mulai berdatangan menguasai wilayah nusantara. VOC sebagai kongsi dagang yang diberikan mandat memerintah wilayah Indonesia telah mampu melancarkan jalanya dalam menghalangi berkembangnya perekonomian masyarakat kerajaan yang satu ini. Para kolonial melakukan monopoli dagang terhadap beberapa hasil alam yang dijual ke luar.

3. Kehidupan Sosial Kerajaan Cirebon

Salah satu sumber menyatakan bahwa asal usul dari kata “Cirebon” adalah Caruban. Kata tersebut memiliki makna campuran. Inilah yang mendasari pola sosial dari masyarakatnya. Meskipun terpengaruh oleh dua kultur yang berbeda dan bertolak belakang, namun kebiasaan mereka tidak menginduk satupun dari kedua hal tersebut.

Kerajaan Cirebon terisi tidak hanya oleh penduduk asli dari Pulau Jawa saja, namun juga imigran dari berbagai wilayah di muka bumi. Salah satu sumber mengatakan bahwa terdapat banyak pedagang dari Tiongkok yang memeluk Islam tinggal di sana.

4. Kehidupan Agama Kerajaan Cirebon

Kesultanan ini menjadi salah satu pihak penting dalam tersebarnya ajaran dari Nabi Muhammad Saw. Sehingga hal ini menjadikan negeri tersebut sebagai salah satu kekuasaan yang begitu teguh terhadap agama.

Banyak tokoh dari sana yang menjadi ulama dan menjadikannya pusat Islam di tanah Jawa. Meskipun tidak sebesar kerajan lain, terutama Demak, nama Kerajaan Cirebon tidak kalah besarnya. Beragam aktivitas warganya sangat memegang teguh kepercayaan. Corak bangunan hingga berbagai peninggalan memiliki unsur agama di dalamnya.

5. Kehidupan Budaya Kerajaan Cirebon

Istana kerajaan sejak awal berdirinya hingga sekarang ini masih tetap sama dan mampu bertahan serta tidak tergerus oleh perkembangan jaman. Tempat tersebut menjadi salah satu destinasi wisata yang menghiasi Kota Cirebon.

Sampai sekarang banyak kebiasaan dari pihak kerajaan yang masih tetap dijaga meskipun tidak lagi berdiri secara utuh kesultanannya. Beberapa tradisi, salah satunya Panjang Jimat, masih dilestarikan hingga kini. Acara tersebut diadakan untuk merayakan hari lahirnya Nabi Muhammad Saw.

Editor terkait:

Sistem dan Perkembangan Pemerintahan Kerajaan Cirebon

Sistem kepemimpinan yang diwariskan dengan hubungan darah merupakan hal yang sangat terlihat jelas dari pemerintahan kesultanan tersebut. Kerajaan Cirebon yang berawal dari sebuah kampung kecil mengalami kemajuan yang pesat manakala putra mahkota dari Kerajaan Padjajaran tinggal di sana karena tidak sesuai dengan kepercayaan pihak istana.

Seiring perkembangannya, kesultanan tersebut menjadi besar dan telah sempurna mempunyai pemerintahannya sendiri. Namun sekitar pertengahan abad ke-16, kerajaan tersebut memecah menjadi empat kesultanan. Saat itu terdapat gelar Sultan Raja atau Sultan Sepuh dan juga Sultan Cirebon. Selain itu, ada pula Sultan Anom yang melengkapinya.

Semua sultan tersebut merupakan tambahan namun mempunyai tempat berkuasa sendiri. Istana sebagai pusat pemerintahan juga mereka miliki. Keraton terakhir yang belum disebut yaitu Kerajaan Gerbang yang ada di sisi paling ujung Cirebon.

Silsilah Raja Kerajaan Cirebon

1. Cakrabuana

Ia merupakan putra sulung dari Prabu Siliwangi dan Saudara dari Nyai Rara serta Kian Santang. Ia tidak mendapatkan hak kesulungannya karena memeluk Islam yang dibawa oleh Ibunya. Pada saat itu, banyak yang masih memegang teguh kepercayaan nenek moyang. Namun meskipun begitu, Ia pada akhirnya menjadi sosok yang penting dalam terbentuknya Kerajaan Cirebon.

2. Syarif Hidayatullah

Ia berkuasa selama kurang lebih 16 tahun lamanya. Ia dipercaya sebagai penguasa pertama setelah Kasultanan Cirebon terbentuk secara baku. Selama ia memimpin, beberapa area berhasil direbutnya. Beberapa diantara area tersebut yaitu Jayakarta dan pajajaran barat, timur, serta tengah. Ia pun juga membawa kerajaan menuju kemajuan yang lebih lagi.

Hidayatullah berhasil membangun daerah pelabuhan Kerajaan Cirebon karena menjadi tempat hilir mudik kapal-kapal para pedagang. Pada masanya, pemerintahan dijalankan dengan pola desentralisasi dan mampu untuk mengajarkan Islam ke beberapa daerah terpencil.

3. Pasarean

Ia memimpin selama sekitar 60 tahun terhitung dari 1495. Tetapi, ia disinyalir meninggal sebelum secara resmi dilantik sebagai seorang raja. Ketika ia telah tiada pun, terjadi vakum kekuasaan lantaran putra mahkota masih berusia anak-anak.

4. Panembahan Ratu

Ia merupakan seorang pangeran dengan nama Agung yang memimpin pemerintahan dalam waktu yang cukup lama. Ia merupakan cicit sultan kedua dari Kerajaan Cirebon. Berdasarkan catatan, ia memiliki usia yang panjang hampir 1,5 abad lamanya.

5. Sedang Gayam

Sebutannya yaitu Dipani Anom dan merupakan salah satu anak dari raja sebelumnya. Namun dari catatan sejarah, ia meninggal tepat sebelum disahkan sebagai seorang pemimpin yang mengambil alih pemerintahan.

6. Girilaya

Buah hati dari Sedang Gayam tersebut resmi menjadi seorang sultan setelah sang ayah wafat. Pada saat itu, ada perselisihan dengan Mataram karena pemimpin barunya menganggap bahwa Cirebon dibawah kendalinya. Sang raja pun juga pada akhirnya ditawan oleh Mataram dan hingga meninggal dalam status tawanan politik. Setelah itu ada vakum kekuasaan lagi.

7. Kasepuhan

Pemerintahan dibagi bersama dengan Kasepuhan serta Kanoman. Hal ini karena Raja Ageng Tirtayasa melakukan hal itu sehingga tidak ada perselisihan. Saat itulah Cirebon dibagi menjadi beberapa wilayah yang sah.

Masa Kejayaan Kerajaan Cirebon

Kerajaan Cirebon mencapai puncak keemasannya pada saat Syarif Hidayatullah berkuasa atas pemerintahan hingga dilanjutkan oleh Panembahan Ratu. Pada saat itu kerja sama dilakukan dengan banyak kerajaan, terutama kesultanan Islam, di sekelilingnya. Saat itu juga banyak didirikan masjid dan lain sebagainya yang pada akhirnya menjadi peninggalan.

Beberapa wilayah dari kerajaan saudaranya, yaitu Padjajaran, juga mampu untuk direbut oleh Cirebon. Tak heran bahwa luas wilayahnya menjadi lebih besar lagi dan masih berkembang terus mengingat penyebaran agama menjadi salah satu fokusnya.

Beberapa gejolak pun terjadi dan sempat ada usaha penggulingan pemerintahan, namun bisa dikendalikan lagi oleh sang raja. Setelah ditinggal oleh pemimpinnya, kerajaan tersebut akhirnya konsisten mengalami kemerosotan.

Editor terkait:

Penyebab Runtuhnya Kerajaan Cirebon

Beberapa faktor yang melatarbelakangi mundurnya Kerajaan Cirebon adalah adanya persengketaan dengan Mataram. Seperti yang sudah diulas sebelumnya, pemimpin baru kerajaan tersebut menganggap bahwa Cirebon harus tunduk terhadap dirinya. Selain itu, pengaruh kolonialisasi Belanda juga ikut menjadi alasan mengapa kerajaan tersebut terus-menerus merosot.

Prasasti dan Bukti Peninggalan Kerajaan Cirebon

1. Keraton

Berbagai bangunan yang dijadikan sebagai istana kerajaan menjadi salah satu bukti bahwa kerajaan tersebut pernah ada. Diantaranya yaitu Keraton Kanoman, Kasepuhan Cirebon yang berdiri selama lebih dari 5 abad, Keprabon, dan Kacirebonan.

2. Makam

Salah satu tokoh yang melatarbelakangi pemerintahan tersebut adalah seorang walisongo. Ialah sunan Gunungjati yang pada akhirnya wafat dan meninggalkan pusaranya sebagai salah satu warisan yang bertahan hingga kini.

3. Masjid

Salah satu tempat ibadah yang menjadi peninggalan Kerajaan Cirebon yaitu Masjid Agung Kota Cirebon. Bangunan tersebut sudah bertahan selama hampir 2 abad dan menjadi tempat peribadatan paling tua. Proses pendiriannya juga melibatkan berbagai pihak termasuk di luar kerajaan tersebut.

Baca juga kumpulan materi tentang Sejarah Kerajaan atau materi menarik lainnya di Coinone