Pendiri Kerajaan Pagaruyung: Sejarah, Letak, Raja-raja, Keruntuhan dan Peninggalan

Asal Usul dan Sejarah Singkat Kerajaan Pagaruyung

Dahulu sebelum masa demokrasi yang didengungkan di Indonesia, negara kita pernah memiliki berbagai kerajaan dengan corak agama yang berbeda-beda. Salah satunya adalah kerajaan Pagaruyung. Kerajaan yang satu ini berada di Sumatera Utara. Menurut sejarah yang beredar, Kerajaan ini mulanya adalah kerajaan yang dipimpin oleh Adityawarman, yaitu raja dari Malayapura.

Kerajaan yang awalnya bercorak Hindu memang masih belum diketahui kapan tepatnya mulai berdiri. Namun jika dilihat dari benda sejarah, kerajaan tersebut memang pernah dipimpin oleh Adityawarman. Meski mulanya Pagaruyung bercorak Hindu, pada saat abad ke 16 Islam sudah masuk ke nusantara. Di mana sasarannya juga merupakan beberapa kerajaan Hindu Budha.

Ajaran Islam ini dibawa oleh musafir serta ahli agama yang memutuskan untuk singgah di wilayah Aceh dan Malaka. Dari penuturan ahli sejarah, Kerajaan Pagaruyung mulai beralih menjadi kerajaan Islam atas jasa dari Syaikh Bruhanuddin Ulakan. Yang mana beliau adalah salah satu murid dari kyai kenamaan Syaikh Abdurrauf Singkil.

Oleh sebab itu, pada abad ke 17, jadilah kerajaan ini menjadi salah satu kerajaan Islam Sumatera. Sehingga masyarakat kesultanan Pagaruyung pun mengikuti jejak pemimpin mereka yang memilih untuk masuk Islam.

Letak dan Pendiri Kerajaan Pagaruyung

Kerajaan ini berada di Ibu Kota Pagaruyung, Sumatera Barat. Di mana kerajaan tersebut berdiri pada tahun 1347 masehi. Mulanya kerajaan ini memang masuk ke dalam kawasan Kerajaan Malyapura. Namun kerajaan tersebut kemudian mendirikan pemerintahan sendiri yang dipimpin oleh Raja Adityawarman.

Akhirnya di Suku Minang kini memiliki sebuah kerajaan baru. Dalam masa pemerintahan Adityawarman, kehidupan masyarakat Pagaruyung masih stabil. Meski pada saat itu. Raja dan masyarakatnya masih meyakini agama Hindu Budha.

Kehidupan Kerajaan Pagaruyung

1. Kehidupan politik Kerajaan Pagaruyung

Dalam kehidupan politik, sejak Kerajaan Pagaruyung berdiri masyarakat telah mengenal sebuah sistem politik konfederasi. Di mana system yang satu ini juga menekankan pada sistem musyawarah. Oleh karenanya bagi masyarakat suku Minang sendiri, pendirian kerajaan ini membuat sistem administrasi sedikit berubah.

2. Kehidupan ekonomi Kerajaan Pagaruyung

Indonesia terkenal sebagai negara agraris yang mana memiliki hasil bumi melimpah. Pada masa Kerajaan Pagaruyung sendiri, saat itu ekonominya ditunjang oleh hasil bumi berupa emas dan lada. Sehingga dalam sektor perdagangan kerajaan ini ramah didatangi oleh pedagang. Apalagi lokasi kerajaan yang berdekatan dengan Sungai Batanghari.

Sehingga pada saat itu, perekonomian rakyatnya begitu stabil. Pada masa pemerintahan Adityawarman pun pusat pemerintahan kerajaan sempat dipindahkan. Hal itu menyebabkan semakin luasnya jalur perdagangan di Tanah Datar.

3. Kehidupan agama Kerajaan Pagaruyung

Mulanya kerajaan ini dipegnaruhi oleh pengaruh agama Hindu dan Budha. Dimana kedua keyakinan tersebut memang lebih dulu menyebar dari pada Islam itu sendiri. Sehingga pada awal pemerintahan raja dan masyarakat Pagaruyung semuanya masih memeluk keyakinan lama. Namun setelah Islam masuk ke Indonesia melalui jalur perdagangan. Tepatnya pada abad 14 sedikitnya telah memberi pengaruh terhadap berbagai daerah di Indonesia.

Sehingga ketika raja Pagaruyung memutuskan untuk masuk Islam, terjadi perombakan peraturan di wilayah pemerintahan tersebut. Berbagai adat yang sekiranya bertentangan dengan Islam diperbaharui. Meski begitu, ada beberapa hal yang masih dipertahankan. Karena hal itulah, nantinya akan terjadi konflik yang menjadi penyebab runtuhnya Kerajaan ini.

4. Kehidupan sosial Kerajaan Pagaruyung

Untuk sarana komunikasi sehari-hari, masyarakat Kerajaan Pagaruyung masih menggunakan Bahasa Minangkabau. Di mana Bahasa tersebut juga terdiri atas berbagai macam dialek dasar. Dialek tersebut biasanya berbeda setiap daerahnya, oleh karenanya ada yang namanya dialek Bukittinggi, Dialek Pesisir Selatan dan sebagainya.

5. Kehidupan budaya Kerajaan Pagaruyung

Dalam kehidupan berbudaya, masyarakat Kerajaan Pagaruyung cenderung merantau dan memiliki sikap persaingan tinggi. Kebudayaan semacam ini dapat diketahui dari sebuah peninggalan kerajaan itu sendiri. Di mana peninggalan tersebut berupa Prasasti Bandar Bapahat. Prasasti tersebut ditulis dengan aksara kuno yang bentuknya begitu mirip dengan aksara Jawa.

Editor terkait:

Sistem Dan Perkembangan Pemerintahan Kerajaan Pagaruyung

Untuk system pemerintahannya sendiri, Pagaruyung dipimpin oleh seorang raja. System tersebut disusun langsung oleh raja Adityawarman. Namun untuk daerah kecil yang masuk dalam wilayah ibu kota masih dipimpin oleh seorang Datuk. Selain itu raja Pagaruyung juga mengenal istilah triumvirat.

Raja yang memimpin di Kerajaan Pagaruyung juga memiliki menteri untuk membantu terlaksananya pemerintahan. Ditambah dengan kedatangan Islam dilantiklah seorang qodi yang bertugas menjaga syariat agama. Dalam adat Minang sendiri juga sudah dikenal istilah Taratak. Di mana administrasi dari suatu sistem pemerintahan dimulai dari kedudukan paling rendah. Mulai dari dusun, Koto, kemudian bisa menjadi Nagari untuk wilayah yang sudah dihuni 4 suku.

Silsilah Raja Kerajaan Pagaruyung

1. Adityawarman

Ia disebut-sebut sebagai pendiri pagaruyung. Di mana dari dialah cikal bakal pemimpin baru akan hadir.

2. Ananggawarman

Setelah Adityawarman wafat, kepemimpinan kemudian dilanjutkan oleh anaknya yang bernama Ananggawarman. Pada masa kepemimpinannya inilah Melayu ingin ditaklukkan oleh Majapahit. Pertempuran tersebut terjadi di Padang Sibusuk. Dari kepemimpinan Ananggawarman, ia berhasil mengalahkan pasukan yang dipimpin oleh Wikramawardhana.

3. Dewan Pandan Putowano

Dewan Pandan Putowano merupakan menantu dari Ananggawarman. Dia lah yang kemudian menjadi raja selanjutnya melanjutkan kepemimpinan mertuanya.

Masa Kejayaan Kerajaan Pagaruyung

Seperti yang sudah disebutkan di awal bahwa Pagaruyung lebih menekankan pada penjualan emas dan lada. Di mana nyatanya dengan aset tersebut perdagangan juga semakin luas. Sehingga Kerajaan ini pun juga mengalami masa gemilang pada kepemimpinan ayah dan anak, yaitu Adityawarman dan Ananggawarman.

Makmurnya masyarakat pada saat itu juga bisa dibuktikan dengan hasil bumi yang melimpah. Apalagi jika dilihat dari sektor pertanian. Masyarakatnya seakan hidup dengan berkecukupan. Bahkan masih di masa gemilang, Kerajaan Pagaruyung pernah menjadi pusat perdagangan emas. Bahkan digadang-gadang sebagai yang terbesar di nusantara pada saat itu.

Selain dalam jalur perdagangan masa kejayaan Kerajaan Pagaruyung juga dapat dilihat dari terjalinnya kerjasama dengan kerajaan lainnya. Bahkan jangkauannya tidak hanya dari dalam daerah, tapi juga luar daerah pun menjalin kerjasama dengan Pagaruyung. Padahal sebelumnya masyarakat Pagaruyung sangat terpuruk dalam masalah ekonomi.

Namun sejak kepemimpinan Adityawarman dan Ananggawarman, keadaan ekonomi mereka sudah mulai stabil. Ini membuktikan bahwa benar-benar ada perombakan besar yang terjadi pada masa dua raja tersebut. Bahkan untuk memperluas jalur perdagangan saja, Adityawarman sampai memindahkan pusat pemerintahan Kerajaan Pagaruyung.

Penyebab Runtuhnya Kerajaan Pagaruyung

1. Perang padri

Saat itu tepatnya karena terjadinya perang saudara yang disebut Perang Padri. Hal ini karena ada sekelompok orang yang masih bertahan dengan keyakinannya dan menentang pemerintah. Meski kedudukan raja pada saat itu masih sangat dihormati. Tapi perang sudah tidak dapat terelakkan. Wilayah yang dulunya dikuasai oleh Pagaruyung sedikit demi sedikit terpengaruh oleh kerajaan lainnya.

Di mulai dari Inderapura yang memecahkan diri menjadi kerajaan merdeka. Meski begitu secara ketatanegaraan, mereka masih tunduk dengan kepemimpinan pagaruyung. Selain itu, ada pula daerah yang berada di pesisir barat mulai jatuh ke tangan pengaruh Aceh. Perang padre ini dipicu oleh keyakinan. Di mana konflik dimulai sejak abad ke 19 masehi.

Sehingga kiranya pada tahun 1815, Kaum Padri memutuskan untuk menyerang lebih dulu Kerajaan Pagaruyung.

2. Campur tangan Belanda

Kaum Padri menyerbu tak henti-hentinya sehingga membuat masyarakat Pagaruyung mencari sekutu. Mereka memilih Belanda untuk dimintai bantuan, namun imbalan yang harus dibayarkan adalah penyerahan Pagaruyung kepada Belanda.

Untuk menandatangani perjanjian tersebut telah dilakukan pertemuan formal oleh Sultan Muning Alamsyah beserta pemuka adat lainnya. Dengan adanya persetujuan dari berbagai pihak Pagaruyung resmi menjadi milik Belanda. Dan raja yang saat itu memimpin dijadikan Regent Tanah Datar.

Waktu demi waktu Belanda semakin semena-mena. Hal ini membuat persekutuan Kaum Padri dengan kaum adat sedikit mereda. Akhirnya mereka melupakan perbedaan untuk bersatu mengusir Belanda. Namun rencana itu diketahui, sehingga Belanda mencoba menangkap pimpinan utama yang berkhianat. Hal ini mengakibatkan raja terakhir yang memimpin Pagaruyung ditangkap dan diasingkan ke Betawi. Saat itulah yang menjadi masa suram bagi Pagaruyung dan sekitarnya.

Editor terkait:

Prasasti dan Bukti Peninggalan Kerajaan Pagaruyung

1. Makam raja pagaruyung

Menjadi salah satu kerajaan Islam di Indonesia yang berada di Sumatera Kerajaan Pagaruyung memiliki beberapa peninggalan yang bisa dijadikan objek sejarah. Peninggalan tersebut adalah berupa Makam para raja Pagaruyung. Makam ini bisa Anda temukan berada dekat dekat dengan lokasi Batu Sangkar. Sekitar 4 km jauhnya dengan 13 makam yang berjejer rapi.

2. Batu Kasur

Seperti namanya, batu yang satu ini memang berbentuk seperti peraduan yang menggantung. Di mana lokasinya sendiri berada di antara tiga pohon beringin. Dulunya batu Kasur digunakan untuk persinggahan para calon penguasa Pagaruyung. Tepatnya menjadi salah satu tempat berjalannya ritual adat setempat.

3. Batu Batikam

Peninggalan Kerajaan Pagaruyung yang satu ini berbentuk layaknya sebuah singgasana raja yang terbuat dari batu. Katanya tempat Batu Batikan berdiri adalah lokasi musyawarah ketika terjadi suatu permasalahan.

Batu batikam tidak terbentuk alami, namun ia disusun dari batuan desit. Saat ini Anda bisa melihat batu batikam yang di bagian tengahnya sudah berlubang akibat tikaman Datuak Parpatih Nan Sabatang. Lubang tersebut adalah tanda bahwa perdamaian akan terwujud dan perselisihan berakhir. Kini batu batikam dapat dilihat di Padang Panjang, Batusangkar.

4. Istano Basa Pagaruyung

Meski sudah mengalami perkembangan Istano Baso Pagaruyung merupakan peninggalan Pagaruyung. Tempat ini dibangun sebagai duplikasi dari istana Rajo Alam yang sudah dibakar oleh Belanda di tahun 1804. Kini Istano Basa Pagaruyung menjadi tempat wisata menarik di Sumatera. Selain itu, tempat ini juga memiliki falsafah sejarah tersendiri. Anda bisa berkunjung ke Istano Baso Pagaruyung yang berada di Tanjung Emas.

5. Prasasti Pagaruyung

Seperti kerajaan lainnya yang sejarahnya diketahui dari prasasti kuno, maka Kerajaan Pagaruyung pun memiliki prasasti. Prasasti tersebut merupakan bukti dan sumber sejarah kepemimpinan Adityawarman yang juga adalah seorang pendiri kerajaan. Sampai saat ini berhasil ditemukan 22 prasasti yang letaknya berbeda-beda.

Setiap prasasti Kerajaan Pagaruyung yang ditemukan memiliki kriteria tersendiri. Seperti prasasti pertama yang berisi tentang pujian terhadap raja. Mulai dari kebijaksanaan, keagungan selama memimpin, luasnya pengetahuan yang dimiliki, dan lain sebagainya.

Baca juga kumpulan materi tentang Sejarah Kerajaan atau materi menarik lainnya di Coinone