Asal Usul dan Sejarah Singkat Kerajaan Kanjuruhan
Kanjuruhan merupakan sebuah kerajaan bercorak hindu beraliran Syiwa yang pusatnya berada di daerah Malang, Jawa Timur. Kerajaan Kanjuruhan diperkirakan berdiri pada abad ke 8 masehi. Agama hindu yang dianut kerajaan ini adalah aliran Hindu Syiwa. Perekonomian kerajaan ini berasal dari sektor agraris. Sektor agraris ini umum dijumpai sebagai penopang perekonomian kerajaan-kerajaan di pulau Jawa.
Bukti keberadaan Kerajaan Kanjuruhan terdapat dalam Prasasti Dinoyo. Prasasti ini berisi sejarah suatu kerajaan pada abad ke 8 masehi yang sangat makmur. Raja terbesarnya bernama Gajayana yang memerintah dengan adil dan bijaksana. Peninggalan kerajaan ini adalah candi badut yang terletak di Malang. Candi yang berfungsi sebagai pemujaan Dewa Syiwa ini masih ada sampai sekarang.
Letak dan Pendiri Kerajaan Kanjuruhan
Letak Kerajaan Kanjuruhan berada di daerah Malang. Menurut prasasti Dinoyo, kerajaan ini lebih tepatnya berada di sebelah barat daya daerah Malang saat ini. Daerah tersebut adalah Tlogomas, Merjosari, Ketawanggede, dan Dinoyo. Keempat daerah tersebut merupakan kelurahan yang menjadi bagian dari Kota Malang saat ini. Di tempat tersebut ditemukan berbagai peninggalan dari Kanjuruhan.
Prasasti Dinoyo juga menceritakan bahwa letak Kerajaan ini berada di antara sungai Metro dan Brantas. Ini membuktikan sektor agraris menjadi penopang utama kerajaan. Kerajaan ini kurang memungkinkan untuk melakukan perdagangan maritim karena lokasinya jauh dari laut. Walaupun letaknya agak tertutup, kerajaan ini tetap makmur karena rajanya memerintah dengan adil dan bijaksana sehingga rakyatnya hidup tentram.
Pendiri Kerajaan Kanjuruhan tidak diketahui secara pasti. Prasasti Dinoyo menceritakan penguasa pertamanya adalah Dewa Singha. Beliau diperkirakan adalah pendiri dari Kanjuruhan. Dewa Singha memiliki putra bernama Liswa. Liswa menjadi raja kedua Kanjuruhan dan bergelar Gajayana. Gajayana menjadi penguasa Kanjuruhan yang terbesar dimana pemerintahannya berjalan dengan baik.
Kanjuruhan diperkirakan berdiri sebagai perkembangan pusat pertanian yang ada di daerah Malang pada saat itu. Keberadaan sungai Brantas dan Metro menjadi pendukung pertanian yang ada di daerah tersebut berkembang. Selain itu kerajaan ini juga aman dari serangan karena dikelilingi oleh berbagai gunung. Hal ini juga menjadikan kerajaan makmur meskipun lokasinya cenderung tertutup dari luar.
Kehidupan Kerajaan Kanjuruhan
1. Kehidupan Politik Kerajaan Kanjuruhan
Politik Kerajaan Kanjuruhan dipengaruhi oleh aliran Hindu Syiwa. Hal ini terlihat pada struktur kerajaannya berupa daerah luas atau watak yang terdiri dari daerah-daerah kecil atau wanua. Watak ini sangatlah luas, mulai dari Gunung Kawi, Pegunungan Tengger, hingga ke Pesisir Selatan yang saat ini merupakan bagian dari daerah Malang Raya.
Kondisi politik kerajaan ini sangat stabil. Hal ini dikarenakan Raja keduanya yaitu Gajayana memerintah dengan bijaksana. Tidak ada perebutan kekuasaan secara politik seperti kerajaan lain pada umumnya. Hukum dibuat dengan baik dan pelaksanaannya berlangsung secara tegas tanpa pandang bulu. Hal ini menandakan Kanjuruhan memiliki sistem politik yang begitu stabil dan jauh dari berbagai masalah.
2. Kehidupan Ekonomi Kerajaan Kanjuruhan
Perekonomian Kanjuruhan ditopang dari sektor agraris. Hal ini dikarenakan tanah di daerahnya begitu subur sehingga cocok untuk bercocok tanam. Selain itu, keberadaan sungai Brantas dan sungai Metro turut menjadi pendukung kegiatan agraris di Kanjuruhan. Hasil pertanian ini diperdagangkan di berbagai daerah sehingga perekonomiannya berjalan dengan baik dan juga stabil.
Selain sektor agraris, Kanjuruhan memiliki komoditas dagang lain yang berkualitas. Salah satunya adalah cula badak dan gading gajah. Kanjuruhan memiliki koneksi dagang yang cukup baik dengan berbagai daerah. Kanjuruhan bahkan memiliki hubungan dagang dengan negeri Cina. Hal ini dibuktikan dengan adanya berita Cina yang mengisahkan hubungan dagang dengan Kanjuruhan.
3. Kehidupan Sosial Kerajaan Kanjuruhan
Kehidupan sosial di Kanjuruhan juga berjalan cukup stabil. Hal ini dikarenakan adanya hukum yang ditegakkan secara adil tanpa pandang bulu. Rakyat hidup berdampingan satu dengan yang lain secara tentram dan damai. Sangat jarang ditemukan konflik sosial karena Raja Gajayana sangat menjunjung tinggi perdamaian dalam kehidupan sehari-hari.
Kondisi sosial yang relatif stabil inilah yang juga membuat kehidupan rakyat makmur. Mereka bisa menjalani kehidupan sehari-hari dengan aman dan damai. Ini menjadi salah satu keunggulan dari Kanjuruhan meskipun daerahnya bisa dikatakan terisolir akibat dikelilingi berbagai gunung dan perekonomiannya mayoritas hanya bertumpu pada sektor agraris.
4. Kehidupan Agama Kerajaan Kanjuruhan
Agama resmi Kerajaan Kanjuruhan adalah Hindu beraliran Syiwa. Agama ini sudah ada sejak masa berdirinya hingga keruntuhan. Pengaruh agama ini terlihat dari prosesi pengangkatan raja yang bernama upacara Abhiseka. Upacara ini sangat umum dilakukan untuk mengangkat raja baru yang beragama hindu beraliran Syiwa.
Selain itu, peninggalan Kanjuruhan juga menunjukkan adanya pengaruh Hindu aliran Syiwa. Salah satunya adalah Candi Badut. Candi Badut ini terletak di Kecamatan Dau, Kabupaten Malang. Candi Badut menceritakan sejarah Kanjuruhan dengan agama resminya berupa Hindu aliran Syiwa. Diperkirakan dulu terdapat tempat pemujaan Syiwa di candi ini meski sekarang tidak ada lagi.
5. Kehidupan Budaya Kerajaan Kanjuruhan
Kebudayaan di Kanjuruhan sangat dipengaruhi agama Hindu aliran Syiwa. Hal ini terlihat jelas bagaimana pemerintahannya sangat menghargai berbagai kebudayaan yang terdapat dalam agama Hindu aliran Syiwa. Salah satu buktinya adalah pembuatan arca Resi Agastya. Arca ini dibangun dengan berbagai corak Hindu aliran Syiwa. Bahan utamanya adalah batu hitam yang sangat berkualitas dan indah.
Selain itu, kebudayaan yang lestari di Kanjuruhan adalah semangat menuntut ilmu dan menaati hukum secara tertib. Kedua hal ini yang menjadikan kehidupan di Kanjuruhan begitu tentram dan damai. Kedua budaya ini menjadi hal yang selalu digaungkan oleh Raja Gajayana. Tidak heran jika di Kanjuruhan jarang terjadi perampokan atau bahkan perang dengan kerajaan lain.
Editor terkait:
Sistem dan Perkembangan Pemerintahan Kerajaan Kanjuruhan
Pemerintahan di Kerajaan Kanjuruhan sangat berpegang teguh pada agama Hindu aliran Syiwa. Terdapat hukum yang mengatur bagaimana pemerintahan berjalan. Rakyat juga mematuhi hukum yang dibuat secara tertib. Hal ini dikarenakan mereka percaya dengan pemerintah yang membuat hukum dengan adil dan melaksanakannya secara tegas tanpa pandang bulu.
Ketika Kanjuruhan berada di bawah kekuasaan Kerajaan Mataram Kuno, terdapat perubahan dalam susunan pemerintahannya. Pemerintahannya dipimpin oleh Rakryan Kanuruhan. Beliau membagi daerah Kanjuruhan menjadi dua bagian. Bagian pertama adalah daerah yang luas yang disebut watak. Bagian kedua adalah daerah-daerah di dalam watak yang disebut wanua.
Silsilah Raja Kerajaan Kanjuruhan
1. Dewa Singha
Sebenarnya pendiri Kerajaan Kanjuruhan belum diketahui secara pasti. Hanya saja, menurut Prasasti Dinoyo penguasa pertama Kanjuruhan adalah Dewa Singha. Beliau adalah ayah dari Raja Gajayana yang menjadi penguasa terkenal dari Kanjuruhan. Dewa Singha diperkirakan berkuasa pada awal abad ke 8 masehi.
Tidak banyak yang bisa diketahui mengenai pemerintahan Dewa Singha di Kanjuruhan. Prasasti Dinoyo hanya menceritakan bahwa beliau memiliki keraton yang besar. Keraton tersebut telah disucikan oleh api Syiwa. Pada akhirnya, kedudukannya sebagai raja digantikan oleh putranya yaitu Liswa yang memiliki gelar Gajayana.
2. Raja Gajayana
Raja Gajayana adalah penguasa Kerajaan Kanjuruhan yang kedua. Beliau adalah putra dari Dewa Singha yang merupakan raja pertama Kanjuruhan. Sebelum menjadi raja, namanya adalah Liswa. Liswa diangkat menjadi raja melalui upacara Abhiseka dan mendapat gelar Gajayana. Raja Gajayana sangat memegang teguh agama Hindu beraliran Syiwa dalam pemerintahannya.
Raja Gajayana menjadi penguasa Kanjuruhan yang terkenal. Beliau memerintah dengan adil dan bijaksana. Hukum-hukum ditegakkan tanpa pandang bulu sehingga rakyatnya memperoleh keadilan yang setara. Perekonomian Kanjuruhan juga maju dengan ditopang sektor agraris dan perdagangan. Raja Gajayana diperkirakan berkuasa pada tengah sampai akhir abad ke 8 masehi.
3. Pangeran Jananiya dan Putri Uttejana
Putri Uttejana merupakan anak dari Raja Gajayana. Setelah dewasa beliau menikah dengan Pangeran Jananiya dari daerah Paredeh. Setelah Raja Gajayana wafat, kekuasaannya dilanjutkan ole Pangeran Jananiya dan Putri Uttejana. Tidak banyak hal yang diketahui dari pemerintahan Kanjuruah saat dipegang keduanya. Hanya saja, mereka memerintah Kanjuruhan dengan adil.
Setelah keduanya memerintah, Kanjuruhan dipimpin berturut-turut oleh keturunan Dewa Singha. Pada akhirnya, Kanjuruhan menjadi bagian Mataram Kuno dan dipimpin oleh Rakryan Kanuruhan.
4. Rakryan Kanuruhan
Rakryan Kanuruhan merupakan pemimpin Kanjuruhan yang sudah menjadi bagian dari Mataram Kuno. Beliau membagi Kanjuruhan menjadi daerah luas atau watak dan daerah bagiannya atau wanua. Beliau juga menjabat sebagai pembantu istana Kerajaan Mataram Kuno.
Setelah dipimpin oleh Rakryan Kanuruhan, informasi dari Kerajaan Kanjuruhan sangat sulit untuk diketahui. Hanya saja sistem pemerintahan ini berjalan sampai Kerajaan Majapahit berdiri dan berkuasa.
Masa Kejayaan Kerajaan Kanjuruhan
Pemerintahan Raja Gajayana adalah tanda dari kejayaan Kerajaan Kanjuruhan. Raja Gajayana memerintah dengan adil sehingga rakyatnya hidup dengan makmur. Hukum ditegakkan sehingga pemerintahan dan kehidupan berjalan dengan tertib.
Selain hukum, sektor pertanian dan perdagangan juga berkembang pesat. Sektor pertanian berkembang dengan didukung kondisi geografis. Sedangkan sektor perdagangan menghasilkan barang-barang tertentu yang menjadi komoditas dagang berkualitas.
Editor terkait:
Penyebab Runtuhnya Kerajaan Kanjuruhan
1. Berkembangnya Kerajaan Mataram Kuno
Kerajaan Mataram Kuno berkembang pada tahun 1847. Perkembangannya sebenarnya menjadi tanda keruntuhan Kerajaan Kanjuruhan. Kerajaan Mataram Kuno mencoba mengembangkan kekuasaan dengan menguasai kerajaan lain termasuk Kanjuruhan melalui perang ataupun secara damai.
2. Penguasaan Kerajaan Kanjuruhan secara Damai
Kanjuruhan pada akhirnya menjadi bagian dari Mataram Kuno. Tidak terdapat bukti mengenai perang antara keduanya. Hal ini menandakan kemungkinan Mataram Kuno menguasai Kanjuruhan secara damai. Kekuasaan Kanjuruhan runtuh dengan menjadi bagian Mataram Kuno.
Prasasti dan Bukti Peninggalan Kerajaan Kanjuruhan
1. Candi Badut
Candi Badut merupakan peninggalan Kerajaan Kanjuruhan yang masih ada sampai sekarang. Lokasinya di Kecamatan Dau, Kabupaten Malang. Fungsinya untuk upacara pemujaan Dewa Syiwa. Candi ini diperkirakan dibangun pada masa pemerintahan Raja Gajayana.
2. Prasasti Sangguran
Prasasti Sangguran merupakan peninggalan Kanjuruhan yang juga masih ada hingga sekarang. Lokasinya terletak di Kota Malang. Fungsinya untuk meresmikan Desa Sangguran menjadi sebuah cagar.
3. Prasasti Dinoyo
Prasasti Dinoyo merupakan peninggalan Kerajaan Kanjuruhan yang eksis sampai sekarang. Lokasinya berada di area kampus III Universitas Muhammadiyah Malang. Prasasti ini menceritakan sejarah Kanjuruhan mengenai pemerintahan dan juga raja-raja yang berkuasa. Selain itu, Prasasti Dinoyo menjadi rujukan utama peneliti sejarah Kanjuruhan.
Baca juga kumpulan materi tentang Sejarah Kerajaan atau materi menarik lainnya di Coinone